Oleh: Iin Sapaah
Saat kaum muslim tengah bergembira menyambut Ramadhan bulan yang mulia, di Palestina justru sedang di bombardir. Serangan udara di Gaza yang dilancarkan Israel telah menewaskan puluhan warga Palestina. Bahkan seorang bayi berusia 14 bulan dan ibunya terbunuh dalam salah satu serangan Israel. (Reuteur minggu 5 Mei 2019). Selain itu ada puluhan warga Palestina yang terluka. (detik news).
Bulan yang penuh dengan kebahagiaan dari makan sahur hingga berbuka, tidak berlaku bagi mereka. Ramadhan ini di awali dengan penderitaan yang kian bertambah parah. Ramadhan yang semestinya menjadi bulan yang khusyu untuk beribadah, justru terasa pilu dengan tangisan dan jeritan saudara kita di Palestina. Kondisi mereka begitu menyesakkan dada. Karena ancaman mortir dan rudal, jangankan untuk makan dan tidur, sekedar hidup tenang pun rasanya takkan bisa. Bahkan untuk ibadah shalat pun harus bertaruh nyawa.
Dunia seakan tuli dan buta, bahkan tak punya nyali untuk menindak tegas kebrutalan Israel. Padahal selama ini hak asasi manusia (HAM) selalu digembar- gemborkan. Perdamaian dunia pun nyaring disuarakan PBB. Lantas mana pembelaan dan keperpihakan mereka kepada kaum muslimin yang tengah terzalimi dengan berbagai jenis penganiayaan, teror, pengusiran bahkan pembunuhan massal (genoside), di mana pembelaan mereka? Mereka hanya diam seribu basa bahkan hanya sekedar untuk mengutuk pun lidah mereka kelu dan terkunci. Itulah fakta, jika korbannya umat Islam, jangankan penguasa non muslim, para penguasa muslim pun nyatanya hanya mencukupkan diri dengan sekedar kecaman. Para penguasa muslim yang sudah disekat-sekat oleh nasionalisme seakan tak berdaya, bahkan seolah tak peduli dengan nasib saudara muslimnya sendiri. Padahal Rasulullah Saw bersabda: "perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kelembutan dan kasih sayang diantara mereka ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota sakit, maka seluruh anggota turut merasakannya" (HR. Muslim dan Ahmad).
Derita Palestina pasca runtuhnya Khilafah, memang tak pernah berhenti. Sepanjang sejarahnya merupakan tragedi kemanusiaan terbesar dan terlama. Entah sampai kapan akan berakhir. Dibawah sistem demokrasi, nasib Palestina makin hancur. Israel yang merampas negeri Palestina malah didaulat sebagai penguasa sah Palestina.
Sungguh, Khilafah satu-satunya pelindung nyata bagi negeri para nabi, Palestina. Hanya dalam sistem Khilafah, warga Palestina bisa hidup dengan tentram. Sebagai muslim, kita harus menuntaskan persoalan ini hingga selesai, agar tak pernah kembali mengoyak hati dan perasaan kita. Semoga duka Palestina segera berakhir, kita bantu muslim Palestina menyelesaikan masalahnya dengan berkontribusi menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah.
Wallahu a'lam .