Oleh: Yusri Lubbi Kamilah
Hiruk pikuk pemilu belum usai, berbagai kecurangan nampak sangat jelas terstruktur dan sistematis. Namun disaat Rakyat Indonesia terpaku dengan berbagai kecurangan yang terjadi, dibelakang kita menyaksikan Negara Indonesia sedang dipertaruhkan oleh Asing dan Aseng.
Dilansir dari tirto.id- Sabtu, 27 April 2019 secara resmi Indonesia dan Cina menandatangani 23 kesepakatan kerja sama untuk sejumlah proyek dibawah panji kebijakan Luar Negeri Pemerintahan Cina yang dikenal sebagai One Belt One Road (OBOR) atau Belt Road Initiative (BRI) yang nilainya ditaksir mencapai U$ 91,1 M atau setara dengan 1.296 Triliun. Proyek ini suatu strategi pembangunan yang diusulkan oleh pemimpin tertinggi China Xi Jinping yang berfokus pada konektivitas dan kerjasama antar negara-negara Eurasia., terutama Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (SREB), berbasis daratan dan Jalur Sutra Maritim (MSR) lintas samudra.
Penandatanganan ini secara resmi ditandatangani oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang diutus langsung oleh Pemerintah Indonesia. Dilansir dari Tirto.id (Kamis 25/4), Staf khusus Menko Kemaritiman Atmaji Sumarkidjo mengatakan bahwa “Pemerintah Indonesia melalu Luhut sudah menetapkan bahwa hanya akan membuka opsi skema Business to Business dalam proyek-proyek BRI dan menolak penggunaan skema Goverment to Goverment.
Apapun yang dikatakan Atmaji Sumarkidjo alangkah baiknya Pemerintah Indonesia harus berhati-hati terhadap proyek yang ditarwakan oleh Pemerintah Cina, jangan sampai pemerintah membuat kesalahan yang nantinya akan berujung pada kenestapaan yang diberikan kepada rakyat indonesia, dan membuat tergadainya kedaulatan bangsa dan negara. Dengan diteken nya kontrak kesepakatan kerja sama ini akan memudahkan para pekerja asing masuk ke Indonesia, artinya semakin sulit untuk pribumi mencari lapangan pekerjaan dan menambah catatan baru lemahnya pemerintah terhadap kepedulian kepada rakyat.
Dan secara otomotis Pemerintah Indonesia telah menambah hutang lagi kepada Cina melalui proyek OBOR ini. Dilihat pada akhir januari 2019 berdasarkan data Bank Indonesia utang luar negeri indonesia mencapai US$ 383,32 milar setara Rp 5.443,19 triliun angka yang sangat fantastis untuk kita lihat pemborosan yang dilakukan pemerintah. Seharusnya Pemerintah Indonesia harus mengambil pelajaran dari Negara Srilanka yang tidak bisa membayar hutang dalam BRI Cina. Akibatnya negara itu harus melepas 70 Persen Saham Pelabuhan Hambatota kepada sebuah BUMN Cina.
Selain Srilanka Negara Asia seperti Malaysia pun sekarang terkekang dan dibawah kendali Cina akibat pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Nazib Rajak yang mengambil pinjaman ke Cina namun tak bisa dilunasi. Begitupun dengan negara lain seperti Zimbabwe gagal membayar utang sebesar US$ 40juta kepada cina, akibatnya mata uangnya harus diganti menjadi yuan.
Kontroversi mengenai Proyek Obor ini pun berlanjut dengan adanya beberapa penolakan dari ribuan ulama, kiai, habaib dan pengasuh pondok pesantren se-Indonesian, para tokoh agama tersebut memantapkan keputusannya lewat Multaqo Ulama Ahlusunnah Waljamaah. Dilihat dari EraMuslim.com- (13 Mei 2019) Multaqo Ulama ini menilai proyek OBOR akan membuat Indonesia buntung dan justru merugikan rakyat.
Terbukti dengan munculnya hastag #UlamaTolakObor yang mewarnai jagad Twitter, dan sampai menjadi trending topik pada senin malam. Ini membuktikan bahwa ada kekhawatiran dari para Ulama terhadap proyek OBOR ini, yang nantinya akan berakibat pada menumpuknya hutang indonesia dan menjadi penjajahan baru Cina melalui proyek OBOR ini dalam bentuk Kolonialisasi dan Komunisasi cina.
Selain bisa membangkrutkan dan menggadaikan negeri ini, tentu proyek obor ini mengandung unsur riba yang diharamkan oleh islam. Disitulah masalahnya yang akan memunculkan risiko terbesar datangnya azab Allah SWT. Selain itu, perekonomian yang dibangun diatas pondasi riba tidak akan pernah stabil. Akan terus goyah, akibatnya kesejahteraan dan kemakmuran akan terus jauh dari capaian. Hanya dengan kembali pada Syariah Islamlah keberkahan akan segera dilimpahkan kepada bangsa ini dan mewujudkan indonesia menjadi Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur
Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa:141
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا
yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
Wallahu a’lam bishawab.