Oleh : Luthfina M. (Citizen Journalist, Penulis Buku, Pemerhati Sosial)
Ketenangan untuk menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan kali ini tampaknya belum bisa dirasakan warga muslim Jalur Gaza, Palestina. Asap mengepul di atas bangunan selama serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina. Mereka diliputi was-was karena gempuran rudal dari militer Israel dalam beberapa hari terakhir. Diberitakan oleh AFP, hingga Minggu (5/5) malam, roket Israel terus menghantam kawasan Gaza. Akibatnya 23 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk di antaranya seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi. Serangan dari tank dan rudal udara Israel mulai menggempur Gaza sejak Sabtu (4/5). Militer negara zionis itu berdalih serangan dilakukan sebagai bentuk balasan.
Seakan tak punya hati, korban jiwa yang bertambah tampaknya tidak membuat Israel mengendurkan serangan. Perdana Menteri Israel , Benjamin Netanyahu malah memerintahkan militernya untuk terus menggempur Gaza. "Lanjutkan serangan masif ke elemen teror di Jalur Gaza," kata Netanyahu. Saat ini, militer Israel mengakui sudah menembak ke 320 titik di Gaza. Sasaran tembak disebut sebagai basis milisi. Sedangkan kelompok yang menguasai Gaza, Hamas, membuka peluang gencatan senjata dengan Israel. Pemimpin Hamas Ismail Haniya mengatakan, situasi bisa kembali tenang jika Israel berkomitmen untuk menghentikan serangan.
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas seperti dilansir Los Angeles Times, Selasa lalu, melaporkan bahwa 23 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel selama dua hari. Adapun otoritas Israel melaporkan bahwa empat warga sipil di Israel tewas akibat serangan roket dari Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan, jumlah korban tewas warga Palestina bertambah setelah ditemukan dua jasad di Jalur Gaza bagian utara pada Senin (6/5) pagi waktu setempat. Kedua jasad suami istri tersebut ditemukan di bawah reruntuhan sebuah bangunan yang hancur total akibat serangan udara Israel. Keduanya diidentifikasi sebagai Talal Abu al-Jidian (48) dan istrinya, Raghda Mohammed Abu al-Jidian (40). Pasangan suami istri itu memiliki seorang anak laki-laki berumur 12 tahun, Abdul Rahman al-Jidian, yang juga tewas akibat serangan udara Israel dan jasadnya ditemukan beberapa jam sebelumnya.
Apa Kabar HAM?
Yang lebih menyedihkan, apa yang terjadi atas Muslim Gaza berpuluh puluh tahun lamanya tertindas ternyata tak mampu menggerakkan hati nurani para penguasa di negeri-negeri Muslim lainnya. Tak ada seorangpun dari mereka yang berani melakukan pembelaan. Mereka hanya mampu mengecam,tanpa memberi pertolongan ril secara terbuka yang dilakukan oleh pihak Negara. Sebagian dari mereka, termasuk pejabat dan para tokoh di negeri Muslim terbesar bernama Indonesia, bahkan mengatakan, apa yang dilakukan pemerintahan Israel dan Palestinaadalah masalah negeri mereka. “Kita bisa apa? Itu memang salah mereka” itu kata salah satu pejabat tinggi di Indonesia. Sungguh semua pernyataan dan sikap seperti ini merupakan sikap pengabaian paling besar dan kejam terhadap saudara sesame muslim kita di Palestina.
Lantas, bagaimanakah dengan lembaga-lembaga internasional semacam PBB dan lembaga HAM lainnya? Mereka pun jelas tak pernah bisa diharapkan. Telah begitu banyak fakta yang menunjukkan, bahwa hak asasi manusia yang selama ini mereka gembar-gemborkan ternyata tak berlaku untuk umat Islam. Anak anak kecil jatuh bergelimangan akibat kebrutalan serangan Israel, tanpa penolong. Ribuan wanita muslim kehilangan kehormatannya, para lelaki tewas mengenaskan di dalam penjara mereka.
Sungguh, dari kasus ini kita banyak belajar. Bahwa kepemimpinan sekuler demokrasi neoliberal telah mencampakkan persaudaraan karena iman. Dan bahwa paham nasionalisme serta konsep negara bangsa telah memutilasi tubuh umat ini hingga kehilangan rasa persaudaraan hakiki di bawah akidah Islam. Bahkan kehinaan demi kehinaan dengan telanjang ditunjukkan oleh para pemimpin Muslim di berbagai negeri Islam. Yang hanya demi secuil bantuan dan legalitas kekuasaan, mereka rela menggadaikan harga diri dan kedaulatan. Tak peduli bahwa kelak kepemimpinan mereka dan tumpulnya kekuasaan mereka dalam melawan kezaliman akan ditanya.
Sungguh dari Palestina pula kita belajar. Bahwa umat ini butuh kepemimpinan yang berpijak pada akidah Islam. Kepemimpinan yang berfungsi sebagai pemersatu sekaligus menjadi pengurus dan penjaga umat.
Maka dari itu, dibulan yang penuh berkah bernama Ramadhan ini, dimana al quran diturunkan, mari kita kembali menerapkan seluruh isi al quran . baik di dalam berumah tangga, bersosialisaasi, ataupun bernegara. Sebuah institusi politik warisan Nabi Saw yang telah terbukti belasan abad menjadikan umat ini mulia. Menjaga mereka dari segala marabahaya. Dan menghimpun seluruh kekuatan umat hingga ditakuti musuh-musuhnya. Mari kita bangkit menuju islam yang begitu gemilang, dengan menerapkan seluruh perintah yang Allah syariatkan. Karena hanya Islamlah satu-satunya solusi fundamental yang bisa diharapkan menghilangkan segala bentuk penindasan. Tak hanya bagi Muslim Gaza Palestina, tapi juga Muslim-muslim tertindas di seantero alam.
Wallahu a’lam bish showwab.