Oleh : Hardi Jofandu
(Konten Kreator Dakwah)
Seorang muslim tentulah bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan. Bulan dimana pahala dilipatkan gandakan, pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya dan setan-setan dibelenggu. Selain itu, masih banyak keutamaan lain yang Allah turunkan di bulan Ramadhan.
Namun pada saat yang sama kita juga bersedih. Disaat kita disini sedang bergembira riah, saudara muslim kita di Palestina kembali di bombardir oleh teroris Israel laknatullah. Pembantaian ini bukan kali ini saja terjadi. Tapi terus terjadi dan tak tahu kapan ini berakhir. Seolah pembantaian ini bak film berepisode yang terus diputar.
Sebagai Muslim, tentulah kita sedih melihatnya. Ada rasa marah membuncah di hati kita. Darah kita mendidih melihatnya. Tapi apa daya, kita tak bisa berbuat apa-apa. Penguasa negeri-negeri muslim juga hanya diam melihatnya. Kalau pun bersuara, yah paling hanya mengecam. Uh!
Secara historis, kondisi kaum Muslim yang begitu terpuruk : terbantai, terusir, dll, juga dulunya pernah dirasakan oleh kaum Yaudi tepatnya sekitar abad ke 12 - 18. Pada saat itu, terjadi anti semitisme (tepatnya anti jews) di Eropa. Sebagai contoh, di Prancis, Louis IX (1226-1270), memerintahkan pengusiran semua orang Yahudi dari kerajaannya, sesaat setelah Louis berangkat menuju medan Perang Salib ; di Rusia, sebagai akibat dari kebencian yang disebarkan oleh gereja Kristen Ortodoks Rusia, kaum Yahudi dikucilkan dan diusir dari Rusia dalam kurun waktu mulai abad ke-15 sampai dengan tahun 1722 ; Abad ke-15 menyaksikan pembantaian besar-besaran kaum Yahudi dan Muslim di Spanyol dan Portugal. Pada tahun 1483 saja, dilaporkan 13.000 orang Yahudi dieksekusi atas perintah Komandan Inqusisi di Spanyol, Fray Thomas de Torquemada. Dll.
Bagaimana kaum Yahudi bisa bangkit dalam kondisi terpuruk ini? Ini semua berawal dari seorang penulis dan wartawan asal Budapest, Theodore Herzlt. Dengan mengamati permasalahan Yahudi dan sejarah masalah lalu, maka Herzlt menyimpulkan bahwa persoalan keterpurukan Yahudi hanya bisa selesai bila kaum Yahudi punya negara. Negara itulah yang akan menjaga dan melindungi kaum Yahudi.
Tahun 1894, Theodore Herzlt membukukan isi pemikirannya dalam sebuah buku yang berjudul Der Judenstat (Negara Yahudi). Buku inilah yang kemudian yang menginspirasi kaum Yahudi untuk menegakkan negara Yahudi (Baca : Israel), termasuk tokoh-tokoh besar Yahudi kala itu : Rotchild dan Dr Chaim Weisman. Dari buku ini pula, Herzlt berhasil menanamkan embrio perjuangan kepada kaum Yahudi tentang pentingnya perjuangan tersebut. Alhasil, meski Herlzt sudah meninggal 1904, perjuangan menegakkan Yahudi tetap dilanjutkan oleh kaum Yahudi hingga teralealisasi tahun 1948.
Dari sini kita belajar bahwa tulisan bisa mengubah dunia. Tulisan bisa menggerakkan manusia untuk berjuang menegakkan sesuatu yang diyakininya, terlepas apakah sesuatu itu baik atau tidak. Tulisan bahkan lebih hebat dari peluru : bila 1 peluru hanya bisa mengenai satu kepala, tapi satu tulisan bisa mengenai ratusan, ribuan, bahkan jutaan kepala.
Inilah poin penting yang perlu disadari oleh seorang pengemban dakwah, yang memiliki impian menegakkan syariah dan Khilafah. Jangan remehkan menulis, menulislah untuk kebangkitan Islam. Bila Theodore Herzlt begitu semangatnya menulis hanya untuk menegakkan negara super biadab, apatah lagi kita yang ingin menegakkan negara mulia, Khilafah. Mari cerdaskan umat ini dengan tulisan antum, insya Allah kebangkitan Islam akan diraih. Wallahu a'lam bish shawab.