Mewujudkan Ketakwaan Hakiki

Oleh : Sifa Putri, Cileunyi Kab.Bandung


Kita baru memasuki, bulan yang penuh kemuliaan, keistimewaan, bulan yang bertabur dengan pahala berlipat ganda, bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, itulah Lailatul Qadar.

Memasuki Ramadhan kali ini, tentu kita berharap puasa kita benar-benar bisa mewujudkan ketakwaan hakiki, sebagaimana firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (TQS al-Baqarah [2]:183).

Bertakwa bisa dimaknai sebagai kesadaran akal dan jiwa serta pemahaman syar'i atas kewajiban mengambil halal dan haram sebagai standar bagi seluruh aktivitas, yang diwujudkan secara praktis ('amali) di dalam kehidupan.Menurut Imam ath-Thabari saat menafsirkan  makana firman Allah SWT "la'allakum tattaqun"  antara lain mengutip Al Hasan yang menyatakan, " Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka." 

Selain menjadi hikmah puasa yang mesti diraih oleh setiap individu Muslim, takwa juga harus terwujud di dalam keluarga dan masyarakat tidak lain dengan menerapkan syariah Islam secara formal dan menyeluruh ( kaffah).

Meraih takwa tidak cukup hanya dengan puasa saja. Ibadah (yakni totalitas penghambaan kita kepada Allah SWT), pelaksanaan hukum qishash serta keberadaan dan keistiqamahan kita di jalan Islam dan dalam melaksanakan seluruh syariah Islam, semua itulah yang bisa menghantarkan diri kita meraih derajat takwa.

Dalam pandangan Islam, penerapan syariah Islam secara formal dan menyeluruh jelas memerlukan pemimpin yang benar-benar bisa mewujudkan hikmah puasa dalam dirinya, yakni takwa. Diantara kesempurnaan puasa pemimpin yang bertakwa adalah menjaga perkataan dusta, karena kedustaan hanya akan membuat puasa seseorang sia-sia. 

Pemimpin yang bertakwa adalah pemimpin yang amanah. Pemimpin yang tidak mengkhianati Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena itu pemimpin yang bertakwa tidak mungkin menyalahi al-Quran dan as-Sunah. Mereka tidak akan mengkriminalisasi Islam dan kaum Muslim. Merekapun tidak akan nenghalang-halangi orang-orang yang meperjuangkan penerapan syariah Islam dan penegakan Khilafah yang merupakan mahkota kewajiban dalam Islam. Bahkan mereka akan menerapkan syariah Islam secara kaffah sebagai wujud ketaatan total diri mereka kepada Allah SWT.

Wallahu a'lam bi ash-shawab.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak