Oleh : Evalina
Demokrasi telah mati, kalimat ini mungkin bisa disematkan atas kondisi sistem di Indonesia saat ini. Rakyat kehilangan kedaulatannya dalam sistem demokrasi yang memiliki slogan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem yang lahir dari rahim sekulerisme, menanggalkan peran Tuhan dalam ranah kehidupan. Asas manfaat menjadi penggerak kehidupan berjalan.
Demokrasi telah mati, saat segelintir rakyat berbeda pandangan politik dengan rezim,berbagai macam cara rezim membungkam suara kritis rakyat, mulai dari penangkapan para tokoh negeri ini dengan melontarkan fitnah pembuat makar, penangkapan para ulama yang menyerukan keadilan, pelumpuhan media massa, hingga menampilkan tindak represif aparat negara yang menewaskan 8 orang peserta aksi demo di depan kantor Bawaslu.
Demokrasi telah mati, mati ditangan rezim yang terpilih kembali. Tak peduli meski harus menelan banyak korban. Asal mereka kembali ditampuk kursi kekuasaan. Sistem yang buruk akan menciptakan rezim dan aturan yang buruk. Maka rakyat yang menjadi korban atas keburukan hal tersebut.
Menuduh negeri hancur ditangan para pengemban Ideologi Islam, nyatanya negeri hancur di tangan para penguasa yang kejam. Bukan cinta namanya jika suara rakyat dibungkam, bukan cinta namanya jika peluru dilayangkan ke tubuh rakyat, bukan pula cinta namanya jika membiarkan rakyat sengsara, dan memilih menjadi antek penjajah yang duduk di singgasana.
Mengharapkan perubahan hadir di sistem yang buruk adalah sebuah ilusi. Karena dari dasarnya sistem ini tak menempatkan kesejahteraan umat sebagai tujuan. Sistem ini ada untuk mencengkeram negeri-negeri jajahan agar selalu berada dibelakang sang Tuan. Sehingga walaupun puluhan, ratusan atau ribuan kali berganti wajah pemimpin tak akan membawa negeri ini kepada perubahan yang hakiki menuju cahaya yang gemilang.
Perubahan hakiki hanya dapat terwujud saat Islam kembali tegak dalam sebuah negara, dijadikan standar dalam membuat segala kebijakan. Sebagai rujukan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan. Saat Islam kembali tegak di muka bumi maka rahmatnya akan dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat, Muslim maupun selainya.
Cahaya ini telah sempurna Allah berikan kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW. Rasulullah SAW telah menerangkan dengan jelas bagaimana Islam itu tak hanya sebagai aqidah namun mampu memberikan aturan komprehensif yang dengan mudah untuk dilaksanakan.
Maka selayaknya kita yang menginginkan perubahan hakiki berkontribusi untuk menyalakan cahaya yang masih redup hingga saat ini. Hendaknya pula kita mencontoh langkah-langkah yang telah Rasulullah contohkan saat beliau dan para sahabat menyalakan cahaya Islam itu pertama kali di kota Madinah Al-munawarrah.
Tak ada cara lain yang dilakukan Rasulullah saat itu kecuali dakwah bil hikmah, dakwan tanpa kekerasan, menyadarkan umat manusia saat itu dengan melakukan pergolakan pemikiran, menyampaikan kesalahan keyakinan mereka, menerangkan kesalahan kebiasaan hidup mereka yang bebas, dengan menawarkan Islam kepada masyarakat disekitar beliau.
Beliau memulai dakwah terhadap kerabat dekat hingga para sahabat. Para sahabat yang menerima Islam, beliau bina dengan intensif di rumah Arqam bin Abi Arqam. Hingga keimanan para sahabat mantap dan mengakar kuat dibenak mereka serta membentuk mental baja yang siap menerima resiko atas keyakinan baru yang mereka pilih.
Ketika Islam telah diterima beberapa sahabat Beliau, bahkan diterima oleh dua orang tokoh yang berpengaruh di Makkah seperti Umar Bin Khathab dan Hamzah, saat Hamzah dan ‘Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhuma masuk Islam, posisi kaum muslimin di Makkah bertambah kuat. Namun upaya kaum musyrikin untuk menghentikan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah kendor. Melalui paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kaum musyrikin meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghentikan dakwahnya. Namun upaya ini pun gagal. Akibatnya, penindasan terhadap kaum muslimin semakin menjadi-jadi.
Segala macam penindasan yang dirasakan kaum muslimin tak menyurutkan perjuangan mereka dalam menyebarkan Islam, tahap selanjutnya yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat adalah interaksi terhadap seluruh elemen masyarakat agar menerima Islam dan memberikan dukungannya terhadap dakwah termasuk pada tahap ini Rasulullah dan para para sahabat mencari thalabun nusroh yakni aktivitas meminta pertolongan (nushrah) yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kewenangan (amîr) kepada orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk tujuan penyerahan kekuasaan dan penegakkan Daulah Islamiyyah.
Aktivitas tersebut dilakukan ke berbagai kabilah, walaupun banyak mendapatkan penolakan namun Allah SWT telah memberikan pertolongan-Nya lewat masyarakat Madinah. Penyerahan kekuasaan dan pertolongan yang diberikan masyarakat Madinah, menjadi awal berdirinya Daulah Islamiyyah, negara yang menerapkan hukum-hukum Islam di dalamnya.
Berdirinya Daulah Islamiyyah menjadi awal kajayaan Islam di seluruh negeri, mampu mengangkat derajat umat manusia yang jahiliyyah menjadi mulia di mata dunia, mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya hingga 13 abad lebih, mampu menciptakan peradaban gemilang yang menggentarkan musuh-musuh Islam. Maka inilah jalan sejati menuju perubahan hakiki, menuju cahaya Islami. Hendaknya kaum Muslimin selalu beri'tiba kepada Nabi, agar tak menemui kegagalan dikemudian hari.