Oleh : Putri Jasmine
Ramadhan adalah bulan ketaatan, saat dimana umat islam berlomba-lomba beramal solih dalam ketaatan. Taat untuk mematuhi segala rukun puasa, taat untuk tidak melakukan kemaksiatan, hingga setelah 30 hari diharapkan umat islam meraih derajat taqwa disisi Allah SWT.
Memasuki minggu kedua menjalankan shaum, kaum muslimin mulai terbiasa dengan suasana ketaatan. Ramadhan telah "memaksa" untuk senantiasa berada dalam kebaikan. Kaum muslimin menjalankan kehidupan dengan saling berbagi, saling menahan diri, saling peduli, menjaga kesabaran, saling mengingatkan, dan saling berjuang mengumpulkan banyak kebaikan demi meraih limpahan pahala yang Allah SWT janjikan. Tentu saja ini merupakan suasana yang ideal bagi kehidupan umat islam, namun apakah setelah ramadhan berlalu suasana ketaqwaan ini akan tetap berlangsung?
Dalam cengkraman sistem sekular yang memisahkan agama dari kehidupan saat ini, tentu saja hal itu tidak bisa terwujud. Kehidupan yang hedonis, permissive, liberal dan berlandaskan materialisme juga semakin menjauhkan kehidupan sehari-hari umat Muhammad SAW ini dari amal ketaqwaan. Para muslimah yang pada bulan Ramadhan berpakaian taqwa, kembali menampakkan auratnya, masjid yang saat Ramadhan sesak dengan jamaah dan tawa riang anak-anak shalat berjamaah kembali lengang, tempat-tempat kemaksiatan yang tutup demi menghormati ramadhan, akan dibuka kembali, tindak kejahatan marak kembali.
Begitulah, Ramadhan pergi tanpa meninggalkan jejak kecuali hanya sedikit.
Kondisi umat islam yang hidup tanpa diatur oleh aturan islam sesungguhnya bukan merupakan habitat alami kaum muslimin, umat islam ibarat ikan yang dipaksa hidup di darat, begitu menderita, bersusah-payah demi mempertahankan keimanannya. Karena itu mengembalikan tempat hidup umat islam ke asalnya, yaitu dibawah Naungan kemuliaan Islam merupakan agenda terbesar seluruh kaum muslimin, bahkan dikatakan sebagai _Taj al-furud_ (Mahkota kewajiban) karena tanpa penerapan islam secara kaffah dalam naungan khilafah islamiyyah, banyak sekali hukum yang Allah perintahkan untuk dilaksanakan, tak bisa diterapkan. Padahal, hanya penerapan Islam, umat akan "dipaksa" untuk menjadi hamba-hamba yang bertaqwa sebagaimana Ramadhan "memaksa" ketaatan. karena seperangkat aturan islam yang sempurna dan menyeluruh hadir untuk menutup segala celah kemaksiatan terjadi pada diri seorang muslim. Hanya dengan penerapan Islam, seorang muslim yang engan melaksanakan shalat akan dipaksa mengerjakannya, seorang muslimah yang tidak mau menutup aurat akan dipaksa melakukannya, seorang pencuri akan dipaksa menghentikan niatnya, seorang pembunuh akan dipaksa untuk mengurungkan perbuatannya karena takut kepada Allah atau takut pada hukuman yang menghadang di hadapan.
Allah SWT berfirman dalam surat al-a'raf ayat 96 :
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..."
Taqwa adalah kunci keberkahan hidup dan sebab turunnya rahmat Allah SWT kepada seluruh makhluk, dan taqwa tak terwujud dengan kondisi yang mempersilakan kemaksiatan merajalela seperti saat ini. Taqwa harus dipaksakan, dan hanya dalam naungan Islam kaum muslimin akan dipaksa untuk menjadi hamba-hamba yang beriman dan bertaqwa.
Allahua'lam bisshawab