Oleh : Sri Elita Sari
(Member WCWH Kolaka)
“Dea, bangun nak. Sudah lewat jam lima sayang. Nanti kesiangan shalat Subuhnya loh.” Begitu selalu tiap pagi mama membangunkan aku untuk shalat Subuh dan ke sekolah.
Mamaku yang baik, mama sholehah, mama yang selalu sabar membangunkan aku
Setiap hari, walaupun untuk membangun kan aku tidak cukup satu atau dua kali.
“Dek, hampir jam 5.30 nak, kok belum bangun juga sih,” mama mulai sedikit kesal.
Ya, karena urusan mama tiap pagi bukan hanya bangunkan aku saja, mama harus ke dapur menyiapkan sarapan aku, kakak Dafa dan juga papa.
“Kak, bangunkan Ademu nak. Nanti kesiangan Subuh, Dia ngambek lagi deh.” Mama seperti biasa, menugaskan kakak kesayanganku satu satunya itu utk membangunkan aku lagi.
“Adeek, bangun dong de, kamu kesiangan Subuh loh ... bayik nya mama, bangun nggak ?” kak Dafa mulai membangunkan aku, sambil menggelitik kedua kaki ku.
“Kak Dafa ...,” “mama, kak Dafa nihh ..,” aku berteriak antara geli dan juga marah, sambil memanggil manggil mama
“Kamu nya sih susah banget dibangunin. Bangun ngga, atau kakak kelitikin kamu lagi nih,” kak Dafa terkekeh kekeh geli, melihat kelakuanku. Sebelum
Kak Dafa melakukan aksi berikutnya, aku lompat dari atas tempat tidur sambil berteriak, “Mama ...”
*****
Pagi itu di kelas sudah mulai ramai. Setelah menyimpan tasku, aku menghampiri Refa, Aska dan Dodo yang sedang ngobrol. Entah obrolan asik apa yang membuat mereka tidak menyadari kehadiranku.
“Pagi pagi udah ngerumpi aja kalian,” ku banting badanku disampimg Aska.
“Yee, sirik aja lu. Kalau baru datang ga usah bawel deh. Duduk aja dulu sana, dengerin dulu apa yang kita obrolin, baru deh komen.” Refa menampakkan sedikit kekesalannya.
“Ia deh, gue diem.” Aku
Mulai mendengar kan pembicaraan mereka.
“Trus gimana dong? Apa perlu kita umumkan di kelas, biar teman teman mau ikutan nyumbang juga?” Dodo melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat terputus gara gara kehadiranku.
“Nanti mereka ga akan bilang kalau kita sok sosial , atau apa gitu?” Aska ragu dengan usulan Dodo
“Tapi ga ada cara lain kan, soalnya Sarah butuh uang banyak, kalau cuma kita bertiga mana bisa?” Aku semakin penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.
“Hmmmm” Dodo mencoba meyakinkan kedua temannya itu.
“Gue rasa kita coba aja dulu umum kan sama teman teman, gugah hati teman teman, tapi kalau mereka ga mau ya kita cari cara lain.” Aku mulai mengerti arah pembicaraan mereka bertiga.
“Emang separah apa sih masalahnya Sarah kalau gue boleh tau?” akhirnya aku
memilih bertanya untuk menuntaskan rasa penasaranku.
“Ga lama lagi kita mau ujian akhir, trus Sarah kan baru aja dapat musibah bapaknya kecelakaan. Dia butuh biaya bukan cuma untuk ujian akhir aja, tapi yang paling penting biaya operasi bapaknya. Gimana caranya coba?” Aska menjelaskan semua duduk persoalan yang terjadi.
“Ga bisa kalau cuma mengharap dari sumbangan teman teman, untuk ujian Sarah aja belum tentu cukup, apalagi biaya bapak nya?” Aku menyambung pembicaraan mereka.
“Kita harus libatkan kepqla sekolah, guru guru dan juga orang tua siswa. Cuma itu cara Yang bisa membantu Sarah keluar dari persoalannya,”
Kataku lagi.
Aska, Refa dan Dodo, mengangguk mengangguk secara bersamaan.
******
“Assalamu alaikum, mama ...” seperti biasa setiap masuk rumah Yang aku cari adalah mama.
“Wa alaikum Salam Warrahmatullah.” Jawaban salam mama terdengar dari dalam mushola.
Ya, mama sholeha ku ini, punya kebiasaan berdiam diri lama di dalam mushola rumah kami. Setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama mbak Yem pembantu rumah tangga kami. Mama lebih banyak menghabiskan waktunya, dengan membaca Al Quran, menghafal dan mentadaburi ayat ayat nya. Mama tidak pernah melewati shalat Qiyamul Lail, Duha dan puasa Sunnah nya. Mama begitu semangat dengan ibadah ibadah nya itu, tidak lupa selalu lisannya melafalkan doa buat papa, kakakku Dafa, dan pastinya aku, anak bungsu kesayangnnya ini.
“Mama, mau ngga bantu teman aku Sarah?” Kata ku setelah mencium tangan mama, kemudian duduk menggelayut manja disampingnya.
“Ganti bajumu dulu sayang, trus makan. Baru adek cerita dan tanya mama.” mama memerintahkan aku sambil mencium pipiku, gemas.
“Mama jawab dulu, mau ngga?..” Aku memaksa mama untuk menjawab pertanyaan ku.
“Mama ga mau jawab kalau adek ga lakukan yang mama suruh!” jawab mama tegas sambil berdiri menuju dapur untuk menyiapkan makan siang ku.
“Ya udah, deh,” kataku menyerah
*****
“Gitu loh ma, ceritanya. Jadi please ..mama bantu Sarah yaa,” kataku setengah memaksa.
“Ya sudah nanti kita kasih tau papà sama sama, doa kan aja papà nya mau.”
*****
Di ruang keluarga, aku hampiri papà yang lagi asik nonton berita dari chanel televisi kesukaannya.
Aku cium dan peluk papà, manja seperti biasa.
“Papa, mama udah bilang kan sama papa tentang Sarah?” Aku bicara sambil sambil menatap mata papa, agar aku bisa lekas menangkap jawaban papa dari pertanyaanku itu.
“Ia ..” papa mengangguk meyakin kan aku.
“Yes ! yes! yes!” aku setengah melompat kegirangan.
“Idih nih anak bukan bilang Alhamdulilah malah bilang yes.” Tiba tiba kakak ku Dafa muncul dari belakang, sambil menggoda sekaligus memancing marah ku.
“Yee, nguping aja jadi orang, kepo!” kataku berlalu sambil menjulurkan lidahku.
Itu lah mama, selalu pandai meyakinkan papà untuk apapun Yang anak anaknya butuhkan kan. Tapi ga semua yaa, mama pilah pilah apapun itu, bila manfaat akan Mama bantu yakin kan papà. Dan tanpa perlu mama komunikasikan lagi ke papa, mama pasti menolak bila sesuatu itu tidaklah bermanfaat.
*****.
Setelah melibatkan sekolah, dan orang tua siswa, Alhamdulillah akhirnya persoalan Sarah bisa teratasi. Sarah bisa mengikuti ujian akhir, dan ayahnya pun bisa terbantu membayar biaya operasi nya.
O ya, mama punya peran penting loh dalam meyakinkan sekaligus mempengaruhi orang tua siswa yang lain, untuk membantu kesulitan Sarah itu.
Mama yang ketua Komite di sekolahku, sebelum nya mengadakan pertemuan orang tua siswa.
Awalnya terjadi perdebatan yang cukup serius, karena sebagian orang tua siswa yang hadir dalam rapat tersebut tidak setuju untuk membantu Sarah.
“Coba bapak dan ibu semua renungkan, bila posisi Sarah ada pada putra putri kita?” mama berbicara meyakinkan seluruh orang tua siswa yang hadir saat rapat komite tersebut.
“Dan saya yakin sekali kita semua yang ada disini sangat paham apa yang agama kita ajarkan,” lanjut mama lagi.
“Tidak akan jatuh miskin siapa pun yang membantu saudara nya yang kesulitan. Bahkan Allah akan kembalikan dengan pahala yang berlipat ganda dari sebagian rezeki yang telah kita sedekahkan ...” mama menutup kata sambutannya.
Alhamdulilah, setelah itu, orang tua siswa dengan rasa lapang hati dan penuh keihklasan menyisihkan uang mrk untuk membantu Sarah.
******
Itulah mama hebatku, sekaligus sahabatku. Yang selalu cemerlang dengan apapun Yang mama lakukan.
Yang mencintai aku, kakak Dafaku, dan papa dengan sepenuh jiwa raganya.
Yang selalu mendahulukan kebahagiaan kami, sebelum kebahagiaannya.
Sehat terus mama, bahagia terus mama sayang.
Love you mama.
———————
Dea Putri Ayunda
******
*Flash Story ini saya dedikasikan buat putri remajaku, Nabila Miftakhurriza.
Terus kejar cita citamu, setinggi bintang di langit.