Oleh Ammylia Rostikasari, S.S. (Komunitas Penulis Bela Islam)
Pemutaran film karya sineas dan penulis, Garin Nugroho yang berjudul “Kucumbu Tubuh Indahku” meresahkan. Betapa tidak, meski film tersebut dianggap mengangkat warna budaya Indonesia lewat tarian Lengger Lanang dari tradisi Jawa dan telah meraih sederet penghargaan internasional di antaranya Asia Pacific Screen Award sebagai film terbaik festival Des 3 Continents Nantes, tetapi yang lebih menonjol adalah nilai-nilai penyimpangan seksual yang diadegankan di dalamnya.
Sikap penolakan pun telah dilakukan oleh berbagai pihak seperti Wali Kota Depok juga Bupati Kubu Raya, Kalimantan Barat. Bahkan pengajuan keberatan atas penayangan film tersebut akan dilayangkan kepada Menkominfo oleh Mahendrawan selaku Bupati Kubu Raya (tirto.id/27/4/2019).
Film merupakan bentuk karya yang dapat menginspirasi. Adanya sebagai media untuk menyampaikan pesan dari pihak yang membuatnya. Meski Garin mengungkapkan bahwa ada pesan kemanusiaan, kekayaan nilai budaya lengger yang hampir punah bahkan film ini tak akan mengubah orientasi seseorang, tetapi propaganda LGBT tetap tidak bisa diamini.
Indonesia tidak akan bisa menerima nilai-nilai penyimpangan seksual yang dikisahkan dalam film ini. Bagaimanapun negeri ini memiliki mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia. Sehingga wajar jika penayangan film tersebut akan dirasakan meresahkan masyarakat.
Jika kita berkaca pada syariat Islam. Adanya tayangan berupa film digolongkan sebagai media. Jika pun ada hanya digunakan sebagai alat untuk menyampaikan syiar Islam. Film dengan berbagai adegan, alunan suara tentu sangat efektif untuk memengaruhi penikmatnya. Film berisi pemikiran sekuler akan menjadi media untuk merusak pemikiran umat Islam.
Sebagai seorang Muslim, maka sudah sewajarnya kita harus mengkritisi setiap penyampaian pesan yang ada, termasuk melalui tayangan film. Jangan sampai adanya film menjadi sarana perusak pemikiran masyarakat, terutama generasi muda yang menjadi harapan bangsa juga agama.
Generasi yang seharusnya menjadi agen perubahan umat. Generasi yang berjuang sebagaimana halnya para sahabat rasulullah dalam mensyiarkan Islam kaffah dan mengupayakan penerapannya dalam kehidupan. Dengan penerapan Islam kaffah dalam daulah khilafah islamiyah, insyaallaah, syiar pemikiran lewat film juga media lainnya yang menyalahi ajaran Islam akan bisa diminimalisir.
Akhir kata, Maaf Garin, filmmu meresahkan! Sehingga mestilah untuk stop ditayangkan di mana pun. Wallahu’alam bishowab