Ketika Seni Tak Lagi Islami

Oleh. Junaidah (Member Penulis Ideologis)


 Setelah heboh kasus komik gay dari Malaysia, masyarakat muslim kembali digemparkan dengan pemutaran film berbau LGBT berjudul "Kucumbu Tubuh Indahku", garapan sutradara kondang, Garin Nugroho. Film ini tayang di seluruh Indonesia pada tanggal 18 April 2019  tetapi menuai banyak protes. Pemkot Depok melarang penayangan film tersebut di Kota Depok karena dapat meresahkan masyarakat. Pelarangan juga terjadi di Kabupaten Kubu Raya dengan alasan serupa dengan walikota Depok. Dilansir dari kompas.com, film ini menimbulkan kontroversi, lantaran diduga memuat konten penyimpangan soaial.


Terkait hal itu, Garin Nugroho buka suara dalam akun instagramnya yang dikutip kompas.com (Kamis, 25/4). Menurutnya petisi yang dibuat untuk menentang film tersebut seperti penghakiman sepihak masyarakat tanpa adanya ruang dialog. Petisi ini menurutnya, akan mematikan daya pikir terbuka serta kualitas warga bangsa, dan akan menurunkan daya kerja dan mengancam kebebasan untuk hidup bersama tanpa adanya diskriminasi dan kekerasan.


Peoduser Ifa juga mengunggah pernyataan Garin lewat akun media sosialnya. Ifa menjelaskan maksud pembuatan film tersebut. "Seberapa banyak sinema yang dibuat untuk membela suara-suara yang tidak terdengar? Seberapa banyak ruang yang diberikan untuk sinema untuk menyuarakan orang-orang yang terpinggirkan?" Tulis Ifa. ( Tribun-Timur.com)


Pembelaan terhadap penayangan film ini juga datang dari seseorang yang mengaku gay. Dalam tulisannya ia mengomentari bahwa film Kucumbu Tubuh Indahku ini sangat menginspirasi dan tidak akan membuat orang yang menonton tiba-tiba jadi gay. Rasa cinta itu katanya anugrah dan orang bebas jatuh cinta sebebas-bebasnya. Katanya, Tuhan memberi kita kebebasan. Kita bisa memilih untuk jadi apa, dan mau apa. Jika tak tertarik, ya, tinggalin aja. Jangan ditonton. Dia merasa heran dengan orang-orang yang katanya menolak budaya Barat dan mencintai budaya Indonesia, tapi kok malah menolak film ini, yang katanya, banyak mengandung logat Jawa dan mengangkat budaya Jawa masa lalu.(mojok.co))


Memang, film ini mengandung budaya Jawa. Dalam film itu, sang tokoh, Jono adalah seorang penari Lengger Lanang. Dalam laporan yang pernah ditulis Tempo, Lengger Lanang merupakan salah satu seni tari asal Banyumas yang terancam punah akibat tingginya sentimen negatif terhadap kelompok LGBT. Padahal tarian ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada tarian ini, penari Lengger merupakan laki-laki yang berdandan perempuan.(tirto.id)


Demikianlah, memang pemikiran yang sudah teracuni dengan ide-ide sekuler tak akan bisa bertemu dengan pemikiran Islam. Dalam sistem sekuler yang berasaskan manfaat, tidak ada masalah jika sesuatu itu bertentangan dengan norma-norma dan agama yang dianut masyarakat asalkan mendatangkan keuntungan materi. Tidak apa melanggar ajaran agama karena kebebasan adalah hak asasi manusia. Kebebasan harus dijamin walaupun merusak generasi termasuk melalui seni(film). Seni untuk seni, itulah semboyan mereka. 


Islam, agama yang dianut mayoritas penduduk negeri ini tidak demikian. Islam memberikan aturan yang detail tentang bagaimana umatnya mesti berbuat dan bersikap. Sistem Islam memandang keberadaan seni bukan sekedar hiburan. Seni bukan untuk seni saja, tetapi seni adalah alat/sarana dakwah dan pendidikan untuk mencerdaskan umat dan generasi dengan Islam. Jika dia tidak sesuai syariat, maka tidak ada tempat baginya, harus dihapuskan. 


Kalau begitu, Islam tidak menjamin kebebasan dong? Isam menjamin kebebasan, tetapi kebebasan yang bermartabat sehingga kedudukan manusia menjadi mulia, tidak layaknya binatang melata yang boleh hidup sesukanya. Islam melindungi manusia agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa dan merusak. Jika perbuatan mubah(dibolehkan) mengantarkan kepada dosa, maka ia menjadi haram. Apatah lagi jika hal itu nyata-nyata haram. 


Aĺlah menciptakan manusia dengan tujuan mulia yaitu menjadi khalifah di muka bumi (Q.S. Albaqarah: 30). Tetapi kemuliaan itu hanya didapat oleh orang-orang yang bertakwa. "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."(Q.S. Al-Hujurat: 13)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak