Oleh : Rahmania, S.Psi
Di era sekarang ini para perempuan sedang ditantang Zaman. Tantangan yang mengharuskan perempuan ada disegala aspek untuk peningkatan kemajuan globalisasi. Seperti yang di ngkapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dalam kuliah umum di Universitas Gadjah Mada beberapa bulan lalu bahwa “Perempuan harus mempersiapkan diri dan turut mengambil peran dalam memasuki perubahan industri di era inovasi digital saat ini. Perkembangan industri era digital menjadi peluang untuk dapat meningkatkan peran dan kapasitas perempuan diberbagai bidang termasuk pembangunan, partisipasi dalam dunia kerja, politik dan pendidikan. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kapasitas perempuan dalam pembangunan disemua bidang”.
Tuntutan peran perempuan dalam segala bidang menjadi alasan terjadinya reposisi peran dan fungsi perempuan. Dimana perempuan lebih terobesesi untuk melakukan aktivitas publik. Mengambil peran sebagai wanita karir bahkan politisi serta karir lainnya. Dengan tujuan untuk eksistensi diri dan memperoleh materi dari profesi tersebut.
Kemudian ditambah lagi dengan sistem kapitalistik mengubah cara pandang perempuan terhadap sebuah peran. Minat Perempuan lebih pada aktivitas yang mampu mendatangkan finansial. Sehingga peran menjadi Ibu bagi generasi, sebagai Istri lebih sedikit diminati. Perempuan tidak tertarik melakukan aktivitas-aktivitas yang mendukung peran keibuannya seperti membaca dan belajar pada majelis ilmu untuk membina diri dan keterampilan.
Fakta ini tidak hanya terjadi di indonesia namun diseluruh negeri di dunia. Sehingga dampaknya banyak anak yang kehilangan peran Ibu,banyak suami yang kehilangan peran Istri sebab kesadaran akan peran domestik semakin rendah. Mendekatkan wanita dengan pelanggaran syariat sehingga menjauhkan wanita dari kemuliaan. Yang kemudian rentan dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk sebuah kepentingan.
Keterampilan dan bakat luar biasa yang dimiliki oleh para perempuan. Yang dipandang sebagai hal yang sangat berharga tidaklah terlepas dari Peran Allah SWT sebagai Dzat yang Maha Pencipta yang telah menitipkan keterampilan itu. Kemampuan multi talent yang Allah anugerahkan menjadi bukti Istimewanya perempuan dalam pandangan Islam. Perempuan tidak dikekang justru Islam datang untuk membebaskan perempuan dari belenggu kedzaliman. Islam telah mengajarkan konsep kesamaan pria dan wanita lengkap dengan peran dan posisinya dalam kehidupan. Jika di masa sebelum Islam wanita dipandang sebelah mata, di era Islam justru derajat dan martabatnya diangkat dan dijunjung mulia sesuai dengan kodratnya. Oleh karena itu, kita perlu kembali mengetahui bagaimana konsep Islam dalam meletakkan pria dan wanita sebagai hamba Allah di ranah domestik maupun publik.
Laki laki dan perempuan memiliki kesamaan yaitu sama sama harus bertaqwa kepada Allah,sama sama harus memiliki amal perbuatan yang baik sebagai bekal kehidupan akherat. Sama sama harus beribadah,memiliki akhlak yang baik dalam hubungan sosialnya. Kemudian antara laki laki dan perempuan sama sama memiliki kewajiban menyampaikan dakwah sebagai bentuk ketaqwaan kepada Allah dengan cara menyerukan agama Allah di muka bumi ini. Begitu jelasnya Islam mengatur karir antara perempuan dan laki laki. Seperti itulah kesamaan yang harus di miliki oleh laki laki dan perempuan dalam Islam. Yaitu kesamaan dalam menjalankan perannya sebagai hamba Allah di muka bumi ini.
Berbeda dengan persamaan yang diperjuangkan oleh para tokoh emansipasi dari eropa dan barat. Perempuan dan laki laki harus memiliki persamaan hak dalam dunia kerja, dalam karir dan dalam panggung politik. Jika ditelisik agendanya hanya memperjuangkan persamaan hak dan kedudukan dalam pandangan materi dan eksistensi duniawi.