Oleh : Eka Aryanti
(Menulis Asyik Cilacap)
JAKARTA, KOMPAS.Com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada periode April 2019 mengalami defisit sebesar Rp 101,04 triliun. Defisit ini lebih besar ketimbang periode yang sama pada tahun lalu yang hanya Rp 54,9 triliun.
"Defisit anggaran Rp 101 triliun atau 34,1 persen dari alokasi defisit tahun ini. Ini lebih dalam defisitnya dibandingkan April tahun lalu Rp 54,9 triliun," ujar perempuan yang akrab disapa Ani ini di Jakarta, Kamis (16/9/2019).
Ani menjelaskan, defisit anggaran ini terjadi karena pendapatan negara mencapai Rp 530,7 triliun atau 24,51 persen dari target APBN 2019.
Sementara itu, dari realisasi belanja negara, tercatat mencapai Rp 631,78 triliun atau sudah 25,67 persen dari APBN 2019. Realisasi tersebut sekitar 8,38 persen lebih besar dibandingkan realisasi APBN pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 582,95 triliun.
"Kita melihat pendapatan negara kita juga mengalami tekanan dan belanja negara tetap mengalami pertumbuhan yang cukup sehat, namun kalau dilihat pembiayaan itu masih lebih kecil," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Kendati begitu, posisi defisit anggaran diklaim masih stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 102 triliun. Menurut Sri Mulyani defisit terbilang stabil, karena peningkatan pos penerimaan dan belanja seimbang.
Sedangkan defisit APBN per April 2019 mencapai 0,63 persen terhadap PDB. Sementara periode yang sama di tahun 2018, defisit mencapai 0,37 persen.
"Ini masih kita bekal terus genjot pendapatan dengan penerimaan pajak, jadi biar tidak membengkak dan melebar," ucap dia.
https://money.kompas.com/read/2019/05/16/193317826/april-2019-defisit-anggaran-ri-capai-rp-101-triliun
Kegagalan Kapitalisme
Sejak dominasi sistem kapitalis, seluruh dunia telah hidup dalam kegelapan sistem ini, setelah gagal menciptakan kehidupan ekonomi yang bebas dari krisis yang mengakibatkan kemiskinan, kelaparan, pengangguran, gelandangan, dan kemelaratan pada tingkat yang tinggi dan berbahaya, karena beberapa faktor, terutama globalisasi ekonomi.
Globalisasi telah mendominasi dunia selama 20 tahun terakhir dan telah berdampak besar pada krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Integrasi ekonomi lokal kedalam ekonomi internasional, yang didominasi oleh Amerika karena dominasi politiknya, justru telah memperluas masalah ekonomi kesemua negara di dunia.
Islam datang membawa cahaya
Dan ketika kaum kafir tidak dibimbing oleh kebenaran dan tidak bernalar seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanallah wa ta'ala, Dan mereka berkata : "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (TQS Al Mulk : 10)
Maka apa alasan kaum muslim hari ini, yang menolak kitabullah dan Sunnah Rasulullah ?
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti kerihdaan-Nya kejalan keselamatan, dari (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus. (TQS Al Maidah : 15-16)
Sistem ekonomi dalam Islam harus dijalankan dan ditunjang sebagai salah satu bagian dari Dien yang merupakan keyakinan vital kita dan sebagai satu-satunya yang mampu memberikan kehidupan ekonomi yang adil, bebas krisis, dan aman, serta pengurusannya yang meliputi pencegahan dari awal kejatuhan pada krisis (jika terjadi).
Sistem ini bukan sistem buatan manusia seperti halnya sistem buatan manusia lainnya (komunisme dan kapitalisme). Sistem ini berasal dari Allah, pencipta semua manusia dan pencipta segalanya.
Wallahu 'alam bishawab