Oleh : T2N
Ternyata yang diimpor bukan komuditi aja ya...😂😂 . Gurupun akan diimpor entah dari gudang mana mereka akan mengimpornya.. Negeri ini dikenal dengan adap sopan santunnya dulu. Pelajaran PMP sungguh melekat pada generasi itu.
Minggu pertama ketika masuk Sekolah Menengah Pertam atau menengah atas pasti ada pendidikan P4 selama satu minggu. Terasa pengamalan Penataran dalam seminggu untuk tiga tahun kedepan kami belajar.
Bagaiman adap kepada Sang Pencipta . Meskipun dulu blm ada aturan diperbolehkan pakai jilbab minimal baju perempuan harus menutup dengkul ( lutut ). Pengamalan sila ketuhanan Yang Maha Esa.. meskipun jaman ku dulu belum diperbolehkan pakai jilbab minimal seragam murid2 perempuan harus menutup dengkul tidak boleh ketat dan tdk boleh transparan. Bila ada kelihatan jembatan dipunggung murid perempuan ( cap BH ) dipanggil ke BP untuk diberi bimbingan. Sehingga kami malu sendiri bila tidak sopan. Kami sangat segan terhadap guru2 kami , karena guru bagi kami adalah bapak ibuk kami di sekolah.
Berbeda anak2 zaman now.
Pakaian ketat pendek sudah tren menurut mereka. Guru tidak disegani karena sdh ada HAM bila ada guru memberi pelajaran agar kita jadi baik, nggak terima , dilaporkan.
Guru dianggap teman, seakan guru tdk ada wibawa sama mereka. Tidak ada rasa malu lagi berdua2an dengan pakai seragam di tempat2 wisata atau hiburan yang lain.
Bahkan hamil sebelum nikah kata mereka bukan aib lagi, sesuatu yang umum. Keluar sekolah karena hamil juga biasa saja.
Bagaiman toleransi terhadap agama lain. Tidak sembarangan toleransi , kamipun mampu dan sanggup mencerna arti toleransi. Menghormati terhadap sesama pemeluk agama . Bukan setiap agama sama, seperti pemahaman sekarang. Tidak ada yg mengajarkan tokeransi trus sholawatan di gereja..Islam berasal dari jazirah Arab karena disanalah lahirnya para nabi pembawa misi Islam ini. Bukan Islam Nusantara.
Kemanusiaan yg adil dan beradab. Tidak boleh menyakiti satu sama lain .Kami didik di hari terakhir Penataran P4 untuk membawa beras 2 gelas . Untuk diberikan kepada penduduk disekitar sekolah. Agar kami mengerti arti Kemanusiaan. Yakni kita bisa memanusiakan manusia. Beda dengan sekarang . Mereka memperjuangkan egonya sendiri
Pendidikan sekarang tlah kehilangan substansi nya. Mereka ke sekolah bukan karena ingin cerdas dalam segala hal, namun sekolah jaman sekarang karena kemauan orang tua, atau hanya sekedar cari ijasah. Pendidikan jaman dulu sangat bangga dapat gelar BERPENDIDIKAN karena hasilnyab sama dengan kenyataan..
Pendidikan sekarang tidak mengutamakan kedalama karakter sehingga banyak anak2 yang tidak mengerti siapa dirinya dan untuk apa ia sekolah atau belajar. Bahkan mereka tidak tahu buat apa sekolah saya ini kelak. Mereka kebingungan sendiri akhirnya.
Perlukah Impor Guru dari luar negeri, ? apa dengan impor guru menjadi baik ? Apa karakter pendidikan luar negeri sama dg negeri ini ?
Mampukah merubah ke arah perubahan hakiki ?
#prihatindgpendidikan