Oleh: Citra Dewi Anita (Owner Sweet Dhaley Cookies)
Sedih rasanya ketika anak-anak saya ditanya siapa idola nya. Hati berbisik, semoga anakku menjawab idolanya adalah “ibu” atau Rasul. Tapi, kenyataannya berkata lain, anakku mengidolakan girlband Korea.
Demam korea yg sekarang sedang melanda masyarakat Indonesia, khususnya usia remaja seperti anak-anak saya, membuat dilema. Di satu sisi tak mau menutupi anak-anak dari perkembangan trend, di sisi lain khawatir dengan pengaruh buruk yang dibawa oleh trend.
Bak disayat sembilu, perih nian hati seorang ibu, melihat anak-anaknya lebih senang dan lebih dekat dengan peradaban Barat, Korea, yang jauh dari Islam, bahkan tak sedikit yang bertentangan. Apa yg harus saya lakukan?
Masa muda yang berharga bagi anak-anak kami dibuat sia-sia. Bahkan banyak yang hancur dengan meniru gaya hidup para idola. Berpakaian sexi, operasi plastik demi wajah yang rupawan, hubungan sesama jenis, hubungan bebas atau bahkan lebih parah lagi.
Sedihnya lagi, anak-anak jaman sekarang malah asing dari sosok Umar bin Khathab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Khodijah ra, Aisyah ra, Fatimah ra. Mereka merasa aneh dan ga up date atau bahkan kuno kala mendengar nama-nama sahabat dan sahabiyah tersebut. Kesalahan pastinya tak luput terletak pada orang tua yang tidak lain adalah kami sendiri. Namun, tak dipungkiri peran lingkungan masyarakat dan negara pun ambil andil dalam hal ini. Bagaimana masyarakat kita pun jauh dari sosok-sosok yang dekat dengan Allah dan Rasul. Yang dibicarakan masih seputar gosip artis ibu kota atau trend kekinian. Negara pun tak menyokong dari kebijakan kurikulum pendidikan atau program media massanya. Dimana pelajaran Agama hanya hadir seminggu sekali, miskin penanaman pemahaman Islam, masih berorientasi nilai kognitif. Belum lagi serbuan media massa di televisi, radio, dan kini media sosial. Lebih banyak konten fun dari pada yang mendidik.
Padahal kalau kita renungi, Nabi Muhammad pada usia 12 tahun sudah bisa menjadi pembuka percakapan kepada kepala suku Quraisy. Beliau saw bisa bernegosiasi dengan tokoh-tokoh penting di masanya. Padahal usianya masih belia, dan beliau pula seorang yatim piatu. Juga sosok Muhammad Al Fatih yang diusia 18 tahun sudah menjadi panglima perang, menguasai berbagai bahasa asing demi menyebarluaskan Islam ke berbagai negeri.
Kini tugas besar dan PR kita sebagai orang tua adalah menguatkan anak-anak dengan pondasi iman yg kuat, mengkondisikan lingkungan yang baik, sekolah yang mendukung. Juga berjuang agar negara mau menerapkan sistem Islam di seluruh sendi kehidupan.
Wallahu’alam bish showab