Hilirisasi Industri : Harapan Baru Atau Masalah Baru?

Oleh : Nia Faeyza

(Menulis Asyik Cilacap)


Rezim saat ini memang tidak sungkan-sungkan untuk berpindah-pindah haluan. Baru saja keluar dari mulut harimau, kini mau masuk ke mulut buaya. Inalum setelah dilepas oleh AS, kini akan diberikan ke Cina.


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno melakukan kunjungan singkat untuk bertemu dengan sejumlah Chief Excecutive Officer (CEO) industri logam di China. Kunjungan itu bertujuan untuk menjajaki peluang kerjasama untuk mendorong percepatan hilirisasi tambang di Indonesia.


Rini menyampaikan, percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan, dan ia yakin holding industri pertambangan BUMN yakni PT Inalum (Persero), mampu mewujudkan mandat tersebut. "Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak terkait," kata Rini melalui keterangan tertulisnya, Kamis (16/5).


Seperti diketahui, holding industri pertambangan BUMN melalui anggota holding, PTBA telah menandatangani Head of Agreement hilirisasi batubara bersama Pertamina, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk pembangunan proyek gasifikasi.


Melalui kerjasama tersebut, batubara dari PTBA nantinya akan diubah melalui tekhnologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batubara muda menjadi syngas atau bahan baku untuk diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.


Selain itu, proyek hilirisasi yang dicanangkan oleh holding industri pertambangan adalah melalui PT Borneo Alumunia Indonesia (PT BAI), anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Antam Ybk. Yakni dengan mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat.(*)



Kerjasama dengan Asing dan Aseng seolah sudah menjadi ketergantungan bagi rezim ini.


Sistem ekonomi Kapitalisme yang dioptimiskan akan membawa Indonesia pada perekonomian yang maju, hanyalah sebatas khayalan belaka. Karena pada kenyataanya kerjasama tersebut tidak membuahkan hasil positif bagi rakyat.

Sistem ini hanya menjamin kesejahteraan bagi Asing dan Aseng. Sedangkan bagi rakyat hanya menjamin kesengsaraan.


Tersirat pertanyaan, kenapa tidak diberikan pada rakyat? Daripada diberikan pada Asing dan Aseng, lebih baik diolah sendiri untuk kepentingan rakyat.


SDA yang diolah dan dikuasai oleh swasta membuktikan jika Rezim neoliberal ini tidak mampu memberdayakan kekayaan alam sendiri. Serta tidak sungguh-sungguh menjadikan kepentingan rakyat. Hanya berpindah dari tuan asing yang satu ke tuan asing yang lain.

Padahal, jika pemerintah bisa mandiri dalam mengolah SDA, diprediksi akan mampu melunasi utang-utang luar negeri. Serta bisa mencukupi kebutuhan rakyat. Namun, lagi-lagi rezim ini seolah enggan melepaskan diri dari genggaman Kapitalis.


Entah sampai kapan drama ini akan berlangsung. Yang jelas hanya berujung "tutup lobang gali jurang". Selamanya akan seperti ini, selama Sistem Kapitalisme ini masih merambah. Kecuali jika ingin menggantinya dengan Sistem lain.


"Agama dan kekuasaan (ibarat) saudara kembar. Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa pondasi niscaya runtuh dan sesuatu tanpa penjaga niscaya lenyap (Al-Ghazali, Al-Iqtishad fi al-I'tiqad)."


Indonesia butuh sistem pemerintahan dan penguasa yang kuat dan mandiri. Untuk mendongkrak perekonomian yang lebih baik.

Jika kita membuka lembaran sejarah, dimasa ketika Islam sedang berjaya. Kita akan menemukan  bahwa Islam telah membuktikan selama 1300 tahun lamanya rakyat, baik muslim maupun non muslim hidup rukun berdampingan dibawah satu komando, yakni Khilafah.


Semua aspek kehidupan tertata dan teratur. Tak terkecuali dalam aspek ekonomi. Karena negara mengolah sendiri SDA, kemudian hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Sehingga tidak ada yang namanya SDA dikuasai swasta maupun segelintir orang, apalagi jual beli aset negara. Pada waktu itu ekonomi memadai dan stabil serta kebutuhan rakyat terpenuhi.


Oleh karena itu, untuk keluar dari keterbelengguan yang ada di negeri ini hanya dengan melanjutkan kembali kehidupan islam.


Wallahu a'lam bish showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak