Guru Dalam Lingkaran Kapitalisme


Oleh : Dara Millati Hanifah, S.Pd *


Guru adalah sosok paling penting dalam proses pendidikan kita. Perannya yang sangat mulia patut diacungi jempol. Tak hanya itu, ia juga menjadi role model atau teladan bagi siswa-siswanya.


Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mewacanakan akan mengimpor guru dari luar negri untuk menjadi pengajar di Indonesia. "Kami ajak guru dari luar negri untuk mengajari ilmu-ilmu yang dibutuhkan di Indonesia" ujar Puan dalam musyawarah pelaksanaan Pemenangan Nasional Bappenas, di Hotel Sangrila, Jakarta Pusat, (kamis 09/05/2019)


Wacana ini mendapat kritik dari para pakar pendidikan. Sebutlah Muhammad Ramli Rahim (Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI)), beliau mengatakan bahwa jumlah guru di Indonesia sudah mencukupi. Ia merasa pesimis terhadap guru asing, apa bisa mereka mengikuti kurikulum yang diterapkan di Indonesia. Ditambah, persoalan bahasa yang akan mempersulit proses belajar mengajar.


Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim menilai pemerintah keliru mengundang guru dari luar negri. "Menko PMK kurang bijak" ujar Satriwan kepada reporter tirto. Menurutnya jika wacana ini benar-benar terealisasi berarti pemerintah berputus asa dalam memperdaya guru dalam negeri. (tirto.id, 12/05/2019)


Koordinator Nasional Jaminan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Natraji mengatakan bahwa wacana ini adalah upaya yang keliru. "Harus dijelaskan dulu landasan pemikiran, output dan outcomenya supaya tidak terjadi kegaduhan". Ia menambahkan bahwa persoalan guru yang lainnya belum tuntas diselesaikan seperti isu kesejahteraan guru. "Pemerintah terkesan tidak mau usaha memperbaiki keadaan justru lepas tangan dan menyerahkan kepada orang lain" ujarnya (tirto.id 11/05/2019)


Dari fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa pemerintah dianggap lalai dalam memperdayakan kinerja guru di tanah air. Sumber daya guru dalam negeri sudah lebih dari mencukupi. Seandainya saja pemerintah mampu memberikan pelatihan-pelatihan yang cukup untuk menambah skill guru serta fasilitas yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar, maka Pemerintah tidak perlu mengimpor guru asing ke Indonesia. Sebab sama saja pemerintah tidak menghargai para guru yang ada. 

.

Guru dalam Islam menempati posisi yang amat sangat penting dalam pendidikan umat manusia. Bahkan keberadaannya dapat dinilai sebagai manifestasi dari ayat pertama yang Allah wahyukan kepada Rasulullah SAW, yang artinya :

.

"Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al - Alaq 1-5)

Islam sangat memuliakan seorang guru. Jasanya yang besar begitu dihargai di zaman Daulah Islam masih berdiri tegak. Pada masa itu gaji guru sebesar 15 dinar. 1 dinar sama dengan 4,25 gram emas. Jika dikalkulasikan dengan harga emas saat ini, berarti gaji guru saat itu sekitar Rp 33.000.000. Kebutuhan dan kesejahteraannya terjamin dalam Daulah Islam. Berbagai ilmu dan fasilitas pengembangan diripun terbuka lebar guna meningkatkan kualitas dari masing-masing diri mereka. 

Hal tersebut jauh berbeda dengan zaman sekarang, yang semua berjalan dengan sistem yang serba kapitalis. Pemerintah disetting sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan para kapital guna mendapatkan keuntungan lebih. Alhasil pemerintah kurang berperan dalam meningkatkan pendidikan termasuk peningkatan kualitas guru. Mereka lebih mementingkan keuntungan pribadi mereka sendiri. Padahal jika dilihat kembali dari sistem pendidikan yang berkualitas itulah akan lahir insan-insan cerdas yang akan mengisi jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan di kemudian hari. 

Maka dari itu, penerapan Islam kaffah dalam kehidupan khususnya dalam sistem pendidikan merupakan hal yang sangat urgen untuk kebaikan negeri. Jangan sampai pendidikan anak-anak bangsa diserahkan kepada para kapital dan orang-orang yang tidak mengerti akan kebutuhan umat dan bangsa. Sebab di tangan merekalah kelak bertumpu nasib bangsa dan negeri ini. Lebih daripada itu, merekalah kelak yang akan menjaga agama Allah dan mengangkat kembali derajat kaum muslimin dari kegelapan dan keterpurukan, pada cahaya yang akan menyinari seluruh negeri. 


Wallahu 'alam bis shawab



*(Pemerhati Pendidikan)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak