Oleh: Nur Azizah (Aktivis Remaja Muslimah)
Biadab. Itulah kata yang pantas diberikan untuk Israel Laknatullah ‘Alaih. Betapa tidak? Israel telah melakukan pembantaian kepada perempuan dan anak-anak Palestina. Dalam serangan dari tank dan rudal udara Israel mulai menggempur Gaza sejak Sabtu (4/5).
Militer negara zionis itu berdalih serangan dilakukan sebagai bentuk balasan.
Milisi Palestina memang menembakkan roket ke wilayah yang diduduki Israel. Empat WN Israel tewas akibat roket yang ditembakkan dari kawasan Gaza, tiga di antaranya adalah militer.
Seketika Gaza porak-poranda. Warga yang saat itu tengah disibukkan dengan aktivitas membeli bahan makanan untuk menyambut Ramadhan pecah oleh serangan dan ledakan. Total enam orang tewas, dua di antaranya tentara Israel.
Ramadhan seharusnya disambut dengan suka cita oleh umat Islam seluruh dunia. Tapi tidak dengan Gaza, yang menyambut bulan suci dengan duka. Sedikitnya 6warga Palestina tewas Termasuk Perempuan Hamil dan Bayinya di Gaza. Mereka adalah korban serangan udara Israel yang dilancarkan pada akhir pekan, sehari sebelum bulan puasa.
Israel berdalih, serangan tersebut dilancarkan sebagai pembalasan atas 400 roket yang ditembakkan milisi Gaza. Menurut Israel, 250 dari roket itu berhasil ditangkis oleh sistem anti-rudal Iron Dome. Empat orang warga Israel tewas.
Walau Israel mengatakan serangan udara mereka mengincar target tertentu, tapi nyatanya warga sipil jadi korban. Dua di antara korban di Gaza adalah wanita hamil, tiga anak-anak. Serangan Israel juga menghancurkan markas kantor berita Turki, Anadolu.
Kini, kondisi Gaza kian memprihatinkan. Korban luka terus mengalir ke rumah sakit. Namun obat-obatan habis. Para ibu berurai air mata, menunggu buah hatinya yang bersimbah darah, merintih kesakitan, tanpa ada harapan kapan mendapatkan pengobatan yang layak.
Lantas dimana PBB? Tak terdengar suaranya sama sekali. Pegiat HAM? Nyaris tak berkutik. Padahal telah jelas bahwa Israel telah melanggar hukum perang karena membombardir pemukiman sipil sehingga banyak jatuh korban sipil termasuk perempuan dan anak-anak. Lagi-lagi PBB dan pegiat HAM lainnya hanya mencukupkan dengan melakukan kecaman, dan tentu saja kecaman dan ancaman tersebut tidak berpengaruh apapun.
Nasionalisme Biang Perpecahan Kaum Muslimin
1,3 Milyar kaum muslimin, seakan buih di lautan. Banyak, namun tak berdaya. Adanya sekat Nasionalisme menjadikan 1,3 Milyar kaum muslimin yang harusnya menjadi satu tubuh, kini tercerai berai hanya memikirkan masalah pribadi negerinya.
Kotak-kotak oleh sekat bernama nasionalisme dan kebangsaan inilah yang menjadikan masalah Palestina adalah tanggung jawab bangsa Palestina saja. Tentara-tentara negeri Islam lumpuh untuk digerakkan guna membebaskannya. Selalu yang menjadi alasan harus di bawah payung PBB, baru bisa digerakkan. Padahal PBB, merupakan organisasi organ penjajah Barat yang tidak pernah membela umat Islam. Alih-alih membela penduduk Palestina, untuk sekadar mengeluarkan resolusi mengutuk serangan Israel pun PBB tak mampu.
Sungguh memprihatinkan ketika negeri-negeri Islam ini justru melarang warganya untuk keluar membela Palestina. Bagaimana mungkin negeri-negeri seperti ini bisa diandalkan untuk menolong Palestina? Tak heran jika Israel semakin brutal terhadap Palestina, karena tak ada yang mereka takuti lagi dari sekitar 1.3 milyar kaum muslimin yang telah tercerai berai.
Padahal, pada hakikatnya umat muslim sedunia ibarat satu tubuh. Salah satu tubuh sakit maka yang lain akan merasakan sakit pula. Kaum muslimin di manapun berada terikat oleh akidah yang kuat, bahkan lebih kuat dari ikatan darah dan keturunan. Allah Ta’ala menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (QS. Al Hujurat : 10)
Derita Muslim Palestina adalah derita kita. Air mata perempuan dan anak-anak Palestina adalah air mata kita juga. Sakit mereka sakit kita. Jiwa mereka, adalah bagian dari jiwa kita juga. Maka haram bagi kita menyia-nyiakan jiwa mereka.
Solusi 3D yaitu diplomasi, donasi dan doa tidak akan bisa menghentikan Serangan militer Israel. Sudah terbukti berulangkali Israel melanggar kesepakatan damai dan perjanjian dengan Palestina. Allah sendiri telah menunjukkan karakter khas mereka yang suka melanggar janji tersebut dalam Al Qur’an sebagaimana tertera dalam QS. Al Maidah ayat 13:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka…”
Sungguh serangan militer Israel hanya dapat dihentikan dengan serangan militer pula. Umat Islam di seluruh negeri-negeri muslim di dunia mampu untuk melakukannya. Mereka memiliki puluhan juta tentara dengan persenjataan yang lengkap. Negeri Islam juga memiliki ratusan juta penduduk yang siap membantu para tentara membebaskan Palestina.
Yang kita butuhkan saat ini adalah satu institusi yang mampu membuat keputusan politik dengan mengirimkan tentara menyelamatkan Palestina. Tanpa dibatasi oleh kebangsaan, warna kulit, atau ras. Tanpa menunggu perintah PBB yang menjadi alat penjajah Barat. Bergerak karena disatukan oleh akidah Islam dan perintah Allah SWT untuk berjihad. Institusi tersebut adalah Khilafah Islamiyyah. Dengan Khilafah, Israel tidak akan memandang remeh umat Islam seperti sekarang.
Tak ada jalan lain bagi kita sekarang kecuali menggencarkan perjuangan untuk menegakkan kembali institusi Khilafah Islamiyyah yang akan menggerakkan pasukan untuk menghadapi Israel dan menghancurkannya. Dengannya kehormatan perempuan muslim terjaga, dan kelangsungan generasi diwujudkan dalam meraih predikat umat terbaik di sepanjang masa.
Wallahu’alam bishawab