Oleh : Azzah Sri Labibah S. Pd
Pengasuh taklim remaja Pantura
Saat sebagian kaum muslim bersuka cita menyambut bulan ramadhan yang agung dan istimewa disisi lain muslim di Gaza sengsara karena hasrat Israel untuk menguasainya kembali membara.
Sejak Sabtu (4/5) Israel menggempur Gaza melalui serangan tank dan rudalnya. Hal itu dilakukan dengan dalih serangan balasan terhadap Gaza.
Diberitakan di AFP hingga minggu (5/5) malam, roket Israel terus menghantam kawasan Gaza. Akibat 23 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk diantaranya seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi.
(Kumparan. Com)
Selain dari Portal berita, kabar serangan tersebut pun menghiasi jagat sosial. Banyak foto dan video amatir yang merekam penderitaan muslim Gaza di awal ramadhan ini.
Birahi Yahudi untuk menguasai tanah ini tak kunjung selesai, teror demi teror senantiasa dilakukan, namun hal ini tak menurunkan para pejuang Palestina untuk mempertahankannya.
Peristiwa ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena ini merupakan kemungkaran yang nyata. Upaya kafir untuk menggempur kaum muslim tidak hanya terjadi di Palestina saja namun hal serupa terjadi dibumi muslim yang lain seperti Rohingnya, Maling, uighur hingga New Zealand di kawasan Eropa.
Seakan umat islam tidak boleh bernafas dengan tenang dan nyaman, baik serangan fisik maupun non fisik terus dilakukan untuk menggempurnya
Nasionalisme memunculkan egoisme
Konflik berdarah yang berkepanjangan ini seakan tidak ada solusi bahkan para penguasa negeri muslim tanpa tindakan berarti.
Diamnya penguasa negeri atas terbunuhnya darah saudaranya tidak lain karena sekat yang memisahkan antara muslim Palestina dengan muslim Myanmar, Indonesia ataupun yang lainnya, tanpa ada tindakan nyata untuk menyelesaikannya. Nyatanya darah kaum muslim yang ditumpahkan begitu murah dari pada hewan padahal urusan darah kaum muslim begitu besar dalam islam.
Semua ini tidak lain karena sistem yang diterapkan di negeri negeri muslim saat ini adalah demokrasi yang mempunyai konsep nasionalisme, yaitu paham mementingkan bangsa sendiri dari pada bangsa lain.
Nasionalisme seperti ini bagi umat islam adalah racun yang bisa melumpuhkan dan mematikan karena dengan adanya nasionalisme ini umat islam pecah menjadi 50 lebih negara.
Dalam Islam ada ikatan yang kuat pada umat muslim yang dapat menjadi pemersatu umat. Yaitu akidah Islam bukan kebangsaan.
“Kaum muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya.” (HR. Bukhari no. 6551)
“Perumpamaan kaum muslimin itu layaknya tubuh yang satu. Dimana ketika kaki sakit maka kepalapun dapat merasakannya.” (HR. Muslim no. 2586)
Dalam Islam, negara hanya menunggalkan satu kenegaraan universal yaitu Kekhilafahan. Kekhilafahan memiliki keluasan yang menyeluruh bukan berbatas pada daerah tertentu.
Konsep ini akan memberikan kekuatan dan ketaatan yang tidak dimiliki oleh Nasionalisme, dimana pembataian terhadap umat Islam tidak hanya akan dikecam dan dibiarkan justru akan dibela dengan pasukan hingga darah umat Islam tidak akan tumpah dengan begitu murah dan mudah.
Oleh karena itu menerapkan negara bangsa yang bukan ajaran Islam adalah salah. Maka, solusi utamanya hanya dengan penyatuan umat muslim di seluruh dunia dalam satu ikatan akidah Islam di bawah naungan Khilafah Islam. Yang pasti akan memberikan kesejahteraan dan keamanan bagi warga negara khilafah. Sehingga, Ramadhan sebagi bulan penuh ketaqwaan akan mudah di dapati pada negara khilafah. Wallahu A'lam bisshawab.