Palestina kembali berduka. Saat kaum Muslim tengah gembira menyambut bulan yang mulia, di Palestina justru sedang dibombardir. Israel melancarkan serangan udara di Gaza, 19 warga Palestina tewas. Bahkan, dilansir Reuters, Minggu (5/5/2019), Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan seorang bayi berusia 14 bulan dan ibunya terbunuh dalam salah satu serangan Israel. Selain itu ada 12 warga Palestina lain yang terluka. (detikNews, 05 Mei 2019)
Sejak berdirinya negara Israel tahun 1948 hingga saat ini, kedzoliman penjahat perang Israel laknatullah terus saja terjadi. Pembunuhan anak-anak, perempuan, dan orang-orang Palestina lainnya yang tidak berdaya dan pendudukan wilayah Palestina telah menjadi strategi utama zionis selama ini. Bayangkan, selama 71 tahun warga Palestina ditindas bahkan diusir dari tanahnya sendiri.
Ramadhan yang mestinya menjadi bulan yang khusyu' untuk beribadah shaum bagi umat muslim. Justru, terasa pilu dengan tangisan dan jeritan saudara kita di Palestina. Kondisi mereka begitu menyesakkan dada. Jangankan untuk makan dan tidur, bahkan sekedar bisa hidup tenang pun rasa-rasanya teramat sulit. Karena ancaman rudal dan mortir selalu mengintai setiap saat. Hingga untuk ibadah sholat pun mereka harus bertaruh nyawa.
Ya Allah Ya Robb..Andai baginda Rasulullah SAW masih hidup dan melihat kondisi umatnya, betapa sedihnya Beliau..😢
Mirisnya, dunia seolah tuli dan buta dengan kebrutalan agresor Israel. Bahkan, dunia seakan tak punya nyali untuk menindak tegas aksi brutal Israel. Padahal selama ini HAM selalu digembar-gemborkan, perdamaian dunia pun nyaring disuarakan PBB. Tapi mana jika korbannya adalah umat Islam??
Para penguasa muslim pun, yang mestinya bisa memerintahkan dan bergerak menurunkan militer untuk memberangus para agresor laknatullah. Nyatanya, mereka hanya mencukupkan diri dengan sekedar kecaman.
Mereka disibukkan dengan pertemuan-pertemuan, solusi-solusi perdamaian yang hakikatnya tidak akan menyelesaikan masalah. Padahal, darah saudara-saudara muslim mereka sedang tertumpah di sana, kehormatan para wanita dan keselamatan anak-anak tak berdosa pun sedang dipertaruhkan. Berulang-ulang dibuat kesepakatan perdamaian, tapi berulang pula kaum muslim dikhianati. Tentu ini menjadi bukti nyata bahwa sang Yahudi laknatullah hanya bisa dihadapi dengan jihad fii sabilillah.
Dalam tetesan air mata, teringat bagaimana perjuangan para khalifah terdahulu dalam membebaskan negeri-negeri kaum muslim. Sholahudin Al Ayubi, siapa yang tak kenal dengan kehebatan dan kebijaksanaan beliau. Sejarah telah mencatat penaklukan Al Quds oleh beliau dan pasukannya.
Beliau menjadi pahlawan kaum muslimin karena berhasil merebut kembali tanah Palestina dari tangan kaum salibis. Penaklukan yang berlangsung 3 bulan itu diakhiri dengan kemenangan pasukan Sholahudin. Tanah Palestina kembali ke pangkuan khilafah. Satu hal yang amat luar biasa ditunjukkan Sholahudin dan pasukannya pada dunia. Mereka melakukan penaklukan tanpa pembantaian, tanpa siksaan dan kedzoliman.
Bahkan, pada masa khalifah Abdul Hamid II, tanah kaum muslim tetap terjaga, meski kondisi kekhilafahan pada saat itu sedang terpuruk dan bangkrut sekali pun. Teringat ucapan Abdul Hamid II kepada Yahudi kala itu:
"Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Khilafah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Sungguh aku tidak setuju untuk mencabik-cabik tubuh kita sendiri, padahal kita masih hidup."
Masya Allah, begitu luar biasa penjagaan para khalifah. Dan, fakta pun menunjukkan bahwa hanya dalam sistem khilafah-lah warga Palestina bisa hidup dengan tentram. Bahkan begitu pula dengan penganut agama lainnya seperti Nasrani dan Yahudi. Mereka bisa hidup berdampingan dengan aman.
Berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Dimana para penguasa muslim yang sudah disekat-sekat oleh nasionalisme seakan tak berdaya, bahkan seolah tak peduli dengan nasib saudara muslimnya sendiri. Padahal Rasulullah bersabda: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kelembutan dan kasih sayang di antara mereka ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota sakit, maka seluruh anggota turut merasakannya dengan tetap berjaga dan demam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Derita Palestina pasca runtuhnya khilafah tak pernah berhenti. Bahkan tragedi kemanusiaan terbesar dan terlama sepanjang sejarah. Entah sampai kapan akan berakhir. Di bawah sistem Demokrasi, nasib Palestina kian hancur. Israel perampas negeri Palestina malah didaulat sebagai penguasa sah Palestina.
Bandingkan bagaimana ketika Palestina di bawah sistem khilafah. Tiga agama hidup berdampingan dan sejahtera dalam jaminan keamanan khilafah. Sungguh, khilafah satu-satunya pelindung nyata bagi negeri para nabi, Palestina. Semoga segera hadir kembali menebar rahmat bagi semesta, dan duka Palestina pun bisa segera berakhir.
Wallahu a'lam.[]
#RamadhanBulanPerjuangan
#RamadhanTingkatkanKetaatan
#RamadhanBerkahBagiNegeri
#ReturnTheKhilafah