Oleh: Fatmawati
Guru dan pegiat dakwah
Bohong atau dusta bermakna tidak sesuai dengan hal yang sebenarnya atau palsu. (menurut KBBI). Prof. Dr. Rawwas Qal'ahji dalam Mu'jan Lughah al- Faqsha, dalam Bahasa Arab makna kebohongan adalah lawan dari kejujuran.
Allah SWT telah menetapkan tidak ada satu pun perbuatan yang terlepas dari hisab, termasuk ucapan.
Allah berfirman dalam Alquran surat al-Isra' ayat 36, yang artinya: "Janganlah kamu mengikuti apa saja yang tidak kamu ketahui. Sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawaban."
Kelak di akhirat kedudukan seorang hamba salah satunya ditentukan oleh kejujuran lisannya. Karena kejujuran adalah bagian integral dari agama, bukan sekedar nilai moral. Kejujuran dan keimanan merupakan dua hal yang berdampingan, karena kadar keimanan seseorang ditandai dengan keteguhan dalam menjaga lisannya. Sebab kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan akan membawa pelakunya kepada surganya Allah.
Namun sangat disayangkan, saat ini sebagian umat Muslim menganggap kebohongan perkara biasa, bahkan dianggap sebagai bagian dari kehidupan. Padahal kebohongan atau berdusta bukanlah karakter seorang Muslim, melainkan ciri kemunafikan, sabda Rasulullah Saw: "Tanda orang munafik: Jika bicara berdusta, jika berjanji ingkar, jika dipercaya khianat." (HR al-Bukhari).
Seseorang yang berdusta baik untuk keuntungan dirinya maupun untuk merampas hak orang lain dan membuat orang lain celaka atau para koruptor yang memalsukan laporan keuangan, tanda bukti pembayaran, dan sebagainya. Orang-orang yang ingin menjatuhkan kehormatan seseorang dan merampas haknya tanpa takut memberikan kesaksian palsu di pengadilan maupun kepada orang lain. Padahal bersaksi palsu, apalagi untuk merampas hak sesama, adalah salah satu dosa besar. Dengan kesaksian palsu, pengadilan dapat memberikan keputusan yang sangat merugikan orang yang tidak bersalah atau menggugurkan hak yang semestinya menjadi miliknya.
Pantaslah jika Islam menempatkan kesaksian palsu sebagai dosa besar yang kelak menyeret pelakunya ke dalam siksa Allah SWT. Dosa besar juga diperuntukkan bagi orang- orang yang menipu dan memperdaya orang lain dan akan lebih berat lagi manakala dilakukan oleh para penguasa yang menipu rakyatnya. Nabi SAW bersabda :
"Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk meminpin rakyatnya yang pada hari kematiaannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan surga baginya." (HR Mutafaq 'alaih).
Wallahu a'lam bi ash-shawab