Oleh: Bunda Falin
(Penulis adalah Pemerhati Generasi )
Marhaban ya Ramadan, Ramadan datang kembali membersamai kita. Telah hampir sepekan kita melaksanakan saum Ramadan.
Ramadan bulan yang istimewa, yang di dalamnya ada kewajiban untuk berpuasa.
Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 2: 183).
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah berlimpah yang di dalamnya bertebaran pahala berlipat ganda dan bulan yang penuh dengan pengampunan serta di dalam bulan Ramadanlah ada malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam lailatul Qadar.
Semoga dengan adanya Ramadan tahun ini, membuat kita iklas menjalaninya dan semakin benar-benar takwa yang sesungguhnya.
Yakni totalitas penghambaan kita kepada Allah SWT.
Yaitu dengan menjauhi semua larangan-Nya dan menjalankan semua perintah-Nya tanpa memilah milah ibarat menyantap makanan prasmanan.
Maka sudah seharusnya kita kembali kepada aturan yang mana telah Allah sediakan bagi kita untuk menuju jannah-Nya.
Di balik suka citanya menyambut Ramadan, ada kisah yang luar biasa bagi negeri ini.
Indonesia baru saja selesai mengadakan pesta demokrasi.
Yang mana malah rakyat menjadi korban.
Seperti dilansir oleh Liputan6.com, (1/5/2019). Banyaknya korban jiwa saat penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 menjadi perhatian sejumlah pihak, satu di antaranya Ombudsman RI.
Ketua Ombudsman RI Amzulian Rifai mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi proses pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan itu.
Evaluasi yang akan dilakukan oleh Ombudsman mencakup regulasi, perencanaan, organisasi, rekrutmen, pelatihan, hingga dukungan dan fasilitas untuk anggota KPPS saat menjalankan tugas.
"Setelah kajian dilakukan, akan diusulkan ke DPR RI sebagai pembuat undang-undang," ucap Rifai.
Hingga Selasa 30 April 2019, tercatat anggota KPPS yang meninggal sebanyak 318 orang, pengawas pemilu sebanyak 72 orang, dan anggota kepolisian 22 orang.
Apabila ditambah dengan jumlah petugas dan pengawas yang mengalami musibah lain jumlahnya hingga ribuan.
Ini adalah sekelumit potret demokrasi. Di dalam demokrasi, untuk mengadakan suatu pemilu atau pilkada memerlukan biaya yang sangat besar yang harus di keluarkan oleh seorang calon.
Begitu juga yang ingin masuk dalam lingkaran eksekutif.
Dimana calon itu jika terpilih menjadi penguasa, mereka akan berusaha mengembalikan modal saat pencalonan sekaligus mengeruk keuntungan.
Sehingga banyak kasus korupsi menjerat pejabat.
Belum lagi janji-janji saat mereka kampanye yang tidak terealisasi, ingkar janji dan mengkhianati amanah rakyat.
Padahal Rosulullah saw bersabda:
"Siapa saja yang diminta mengurus rakyat, lalu dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, Allah mengharamkan surga bagi dirinya (HR. Abu Dawud)".
Ini semua berpangkal dari sekularisme yang memisahkan agama dalam kehidupan ini.
Sudah seharusnya kita sebagai manusia menerapkan hukum-hukum Allah SWT dan bukan memakai aturan manusia itu sendiri.
Hanya Allah yang maha mengetahui apa-apa yang baik dan buruk bagi ciptaan-Nya.
Maka hanya Allah lah yang berhak menentukan apa-apa yang menjadi maslahat dan mafsadat bagi manusia secara rinci dan pasti.
Allah SWT berfirman:
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"
(QS. Al-Ma'idah 5: 50).
Sudah saatnya kita menerapkan hukum syariah Islam sebagai sistem terbaik secara kaffah.