Oleh : Didi Diah, S.Kom*
Suasana pasca pemilu kian hari kian menggulirkan bola panas, kasus demi kasus, kecurangan demi kecurangan mulai terkuak satu persatu.
Kejahatan individu ataupun kelompok bisa mengarah kepada kejahatan sistemik, dengan meninggalnya ratusan pegawai KPPS pada perhelatan pesta demokrasi berbiaya fantastis yang tidak wajar.
Rakyat terpecah menjadi dua kubu, persatuan negeri mulai tercabik, ulama yang harusnya menjadi penguat satu persatu di masukkan ke dalam bui dengan pasal karet yang dibuat-buat.
Demokrasi masih menjadi perkara yang pasti di negeri ini, sekalipun terjal namun tetap dijadikan wasilah untuk memilih pemimpin negeri.
Selasa, 21 Mei 2019 dini hari tadi telah diumumkan oleh KPU Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Cukup mengagetkan, karena diumumkan bukan di waktu prime time, dan satu hari lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Jutaan rakyat Indonesia akan bertanya, ada apa ini?
Kemenangan Capres nomor urut 1 memang sudah digadang-gadang oleh KPU jauh sebelum waktunya ditentukan.
Sekalipun kemenangan ini milik mereka, tapi apakah rakyat siap dipimpin oleh penguasa yang tidak punya hati nurani? Lihatlah beberapa kecurangan yang nampak dalam prosesnya.
1. Belasan Juta DPT bermasalah
2. Jutaan amplop serangan fajar
3. Ribuan kesalahan KPU
4. Meninggalnya ratusan nyawa petugas KPPS yang misterius
Apakah ini pijakan dasar seorang pemimpin untuk dapat memimpin negeri ini, dengan diawali kecurangan demi kecurangan?
/Bobroknya Sistem Demokrasi/
Demokrasi adalah kepemimpinan yang didasarkan suara rakyat adalah suara tuhan. Di mana suara rakyat akan menjadi pijakan dalam membuat hukum dan perundang-undangan di negeri ini.
Demokrasi menjanjikan para pengikutnya kekuasaan yang menggiurkan. Mereka mampu melegalisasi hukum sesuai kepentingan mereka ketimbang memikirkan hajat rakyat.
Andai saja akal sehat bicara, maka setiap jari yang tercelup tinta demokrasi akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
Maka, kali ini demokrasi telah nyata-nyata membuat sakit hati dan jelas-jelas membuat kesalahan secara nyata di hadapan rakyatnya.
Kembali kepada Sistem Islam
Islam datang sebagai rahmat, memberikan solusi dan pencerahan kepada umat. Memberikan kejelasan bahwa demokrasi bukan datang dari Islam, ia hadir dari kekuasaan manusia.
Kepemimpinan Islam disandarkan kepada Alquran dan Sunnah. Memiliki syarat-syarat yang khas dalam mencari dan menentukan seorang pemimpin, bukan karena ambisi dunia semata, tetapi menjadikan kepemimpinan Islam tersebut amanah untuk mengurusi dan melayani umat.
Sebagaimana sabda Rasul SAW :
اَلإِمَامُ رَاعٍ وَ هُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR al-Bukhari).
Saatnya mencampakkan sistem yang menyengsarakan ummat, sistem demokrasi yang tidak mampu memberikan kesejahteraan. Sistem yang hanya memberikan torehan luka di hati ummat. Ummat harus bersatu, mengembalikan kejayaan Islam agar mampu memimpin dunia, dengan seorang pemimpin yang taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Wallahu'alam Bishowwab.
*(Praktisi Pendidikan, Member WCWH)