Oleh : Muhlisa (Aktivis Remaja Muslimah)
Memasuki bulan Ramadhan tahun ini, ada rasa gembira dan sukacita. Sebab, banyak kemuliaan yang Allah janjikan di bulan Ramadhan. Namun kegembiraan kita tidaklah sempurna manakala menyaksikan berbagai peristiwa menyedihkan menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia.
Ketenangan untuk menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan 1440 H tampaknya belum bisa dirasakan warga Jalur Gaza, Palestina. Mereka diliputi was-was karena gempuran rudal dari militer Israel dalam beberapa hari terakhir.
Diberitakan AFP, hingga Minggu (5/5) malam, roket Israel terus menghantam kawasan Gaza. Akibatnya 23 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk di antaranya seorang perempuan yang sedang mengandung dan seorang bayi.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah memerintahkan tentaranya untuk melanjutkan “serangan intensif” di Gaza. Sebelumnya, tentara Israel mengumumkan bahwa mereka siap untuk melanjutkan eskalasi serangan ke Jalur Gaza selama berhari-hari. Pihaknya juga telah mengerahkan pasukan kendaraan lapis baja ke perbatasan dengan Jalur Gaza.
Gempuran Israel ini menarget bangunan-bangunan tempat tinggal, masjid-masjid, bengkel, toko, lembaga media dan lahan pertanian. Tentara Israel mengatakan bahwa mereka telah menarget lebih dari 120 pos milik Hamas dan Jihad Islam. Tentara Israel mengklaim, ratusan roket telah ditembakkan dari Jalur Gaza ke kota-kota Israel dan permukiman Israel yang berdekatan dengan Jalur Gaza.
Serangan Israel terhadap Gaza telah menyingkap tabir siapa sejatinya para penguasa Arab dan negeri-negeri Muslim lainnya. Para penguasa itu tentu menyaksikan kebiadaban Yahudi Israel. Mereka juga tahu bahwa kebiadaban Israel itu telah melampaui batas kemanusian. Namun anehnya, mereka hanya bungkam dan berdiam diri.
Kalaupun ada, penguasa muslim itu hanya melakukan kecaman tanpa ada aksi nyata untuk mengusir Israel. Umat Islam seolah bungkam dan tak mau tahu. Sangat menakutkan melihat kondisi seperti ini, umat Islam tidak peduli dengan muslim yang lain. Bahkan, mereka tega menyaksikan saudaranya dibantai oleh laknatullah Israel. Ini sebuah bukti nyata, umat Islam bertindak individualistis di bawah payung nasionalisme yang menjadi ikatan kita saat ini.
Menurut Wikipedia, nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Jika nasionalisme yang dijadikan ikatan hari ini, maka wajar sering muncul pernyataan, "Kita tidak usah mengurusi masalah di Gaza, karena kita beda negara." Coba bayangkan jika kita yang ada pada posisi Gaza, apakah kita tidak menangis mendengar saudaranya sendiri berkata demikian? Padahal kaum muslim adalah satu tubuh.
Umat muslim ibarat satu tubuh, jika tubuh yang satu sakit, maka tubuh yang lain pun akan merasakan sakit" (HR.Muslim).
Dan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam pun bersabda:
“Barangsiapa (dari umatku) yang ketika bangun pagi tidak memikirkan nasib umat, maka dia bukan umatku (umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam)” (HR. Ahmad).
Sikap apatis kaum muslim tersebut tidak lain dan tidak bukan karena sekat nasionalisme tersebut. Sekat inilah yang menjadikan kita terpecah belah menjadi negara-negara kecil, yang membuat kita tidak peduli satu sama lain. Bentuk negara bangsa sudah menjadi penghalang besar untuk umat bersatu mewujudkan ukhuwah yang sebenarnya.
Pembentukan negara bangsa yang telah melahirkan nasionalisme itulah yang menjadi alat penjajah untuk melemahkan umat islam dunia. Karena, mereka sadar tidak akan pernah mampu mengalahkan kaum muslimin dengan kekuatan fisik. Musuh-musuh Islam mencari celah agar Ukhuwah Islamiyah rapuh. Karena, ternyata Ukhuwah Islamiyah memiliki peran yang sangat besar dalam mempertahankan bangunan Islam.
Di antara langkah untuk menghancurkan Ukhuwah Islamiyah, mereka menyebarkan isme-isme atau paham-paham yang menyebabkan umat Islam bingung dan tidak lagi meninggkan nilai-nilai Islam. Walhasil, justru umat Islam berbangga-bangga dengan produk yang bersumber dari musuh-musuhnya.
Kelemahan Nation-state di berbagai segi kehidupan
Nasionalisme sebagai dasar nation-state adalah ide yang paling lemah secara intelektual. Seperti ungkapan Adams dalam bukunya “Political Ideology Today” (1993). Yang berarti nasionalisme di dasarkan pada aspek emosi dan sentiment bukan berdasar dari aspek intelektual yang melahirka pemikiran jernih dan rasional.
Nasionalisme adalah ide kosong yang tidak terealisasikan dalam sebuah pengaturan di masyarakat. Artinya nasionalisme dapat di kawinkan dengan ide liberalism, konservatisme, sosialisme, bahkan Marxisme.
Penyebab nasionalisme bisa tercampur dengan berbagai ide karena substansi ide nasionalisme tidak bisa mengatur dalam kehidupan. Kata Ian Adams, “ Ide nasionalisme telah gagal mennjawab persoalan yang biasanya di harapkan dari sebuah ideology.” (Adams, 2004 : 146)
Maka, sudah saatnya kita campakkan nasionalisme dan kembali pada ikatan yang fitrah, yaitu ikatan akidah Islam yang bisa terwujud hanya dengan sistem Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Dan, hanya dengan Daulah Khilafah Islamiyah saja, kita bisa mempunyai tempat berlindung.
"Sesungguhnya Imam/Khalifah itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya" (HR Muslim).
Permasalahan Gaza tidak akan pernah selesai, sebelum kita menerapkan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Hanya khilafah yang akan mampu menghilangakan nation state dan mengerahkah tentara muslim untuk Ghaza, dan negara lainnya yang terus di-dzhalim-i. Dan, hanya khilafah Islamiyah saja yang akan melindungi Gaza, dan seluruh umat muslim di dunia. Bukan kapitalisme, bukan pula nasionalisme!
Amirul Mukminin Khalifah Umar Bin Khaththab ra berkata, “Tidak ada Islam tanpa persatuan, tiada persatuan tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa ketaatan”
Karena bila pemimpin tidak menerapkan apa yang diperintah Allah, maka kita akan melihat dia pasti akan mengabaikan urusan ummat dan agama Islam. Karena itulah pemimpin yang amanah memang mutlak harus ada dalam Islam namun dia haruslah menerapkan sistem kepemimpinan yang amanah. Karena hanya dengan sistem amanah yaitu Khilafah maka ummat akan dipersatukan dan hanya dengan ukhuwah yang lahir dari akidah kita memiliki kekuatan.
Wallahu ‘alam bisshowab.