Oleh. R. Alnadra
(Founder Penulis Ideologis)
Bak lagu lama, isu yang kerap mengemuka dibulan ramadhan adalah kenaikan harga pangan dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Salah satunya bawang putih yang lagi hits. Dari pantauan tirto.id harga bawang putih di DKI Jakarta naik hingga Rp100 Ribu Per Kilo. Padahal harga normal bawang putih adalah Rp20 ribu sampai Rp30 ribu setiap kilonya, kata Sri Haryati, Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, (6/5/2019).
Kelangkaan ini memicu berbagai spekulasi, bahwa Indonesia masih perlu menaruh perhatian khusus pada ketersediaan pada sejumlah komoditas pangan di pasaran yang kebanyakan masih mengimpor dari negara lain. Hal itu membuat Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman geram. Dia bahkan mengeluarkan ancaman bagi para importir nakal yang menyebabkan harga bawang putih naik di atas Rp 30.000 per kilogram. Dia menambahkan, sekarang tidak ada lagi alasan harga bawang putih menanjak naik sebab impor sebanyak 115.000 ton dari China sudah mulai masuk ke pasar. cnbcindonesia.com (05/05/2019)
Faktanya jelang Ramadan, salah satu komoditas utama bagi konsumen dalam negeri itu memang menanjak naik. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, sejumlah harga bahan makanan mengalami kenaikan sepanjang bulan April 2019. Namun, harga bawang putih tercatat meningkat paling pesat, yaitu mencapai 42,2%. Disinyalir sinyal kenaikan harga bahan pokok terlihat sejak akhir April 2019, harga rata-rata nasional bawang putih di pasar tradisional adalah sebesar Rp 49.750/kg.Indah kabar daripada rupa. Kenyataannya masyarakat tengah diblokade dengan berbagai himpitan persoalan hidup. Meningkatnya biaya hidup berupa pendidikan, kesehatan, listrik, pajak dan beraneka kesulitan lainnya. Disusul harga kebutuhan pangan yang merangkak naik, menambah derita rakyat.
Bagai pungguk merindukan bulan. Sejatinya pemerintah dapat memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Namun berbeda dengan kenyataan, hari ini masih banyak ditemui ketimpangan di masyarakat. Bukti kegagalan rezim dalam menyejahterakan rakyat. Dalam Sistem ekonomi liberal-kapitalis perhatian pemerintah tertumpu pada terlayaninya kepentingan para pemilik modal.
Liberalisasi pun menjadi jalan neoimperialisme. Hal ini meniscayakan siklus kenaikan harga pangan yang terus berulang, bukan hanya itu penimbunan dan permainan harga di pasaran jadi masalah yang tak kunjung habis. Sehingga solusi praktis krisis pangan berupa terbukanya keran Impor komoditas pangan sebagai upaya mengintervensi pasar untuk menstabilkan harga-harga barang, terutama sembako.
Sebagai mayoritas muslim terbesar di dunia, sangat disayangkan umatnya mengalami banyak penindasan. Padahal islam memiliki tata kelola yang sempurna sebagai petunjuk kehidupan. Dalam hal ekonomi, islam menjamin ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan pangan bagi masyarakat. Bahkan seorang khalifah wajib untuk memastikan pemenuhan rakyatnya. Selain itu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi melalui peningkatan produksi pangan lewat pembinaan keahlian pertanian bagi para petani maupun budidaya berbagai varietas unggul komoditi pangan serta menciptakan teknologi dan sarana prasarana penunjang. Termasuk penerapan aturan yang tegas terkait penggunaan lahan dan alih fungsi lahan.
Hal ini akan membentuk kemandirian dan produksi pangan dalam negeri. Ketersediaan pangan akan berimbas positif pada stabilitas harga dan terkendalinya inflasi daerah. Impor hanya dibolehkan asalkan tidak menimbulkan ancaman kedaulatan, namun selama dibutuhkan saja. Dengan demikian penguasa berupaya menciptakan mekanisme pasar yang sehat.
Terkaitit masalah klasik berupa penimbunan, permainan harga dan monopoli perdagangan. Islam mengharamkan hal tersebut dan akan menindak setiap pelanggaran berupa sanksi tegas. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : " Siapa yang turut campur dari harga kaum muslimin untuk menaikkan harga atas mereka, maka adalah hak Allah untuk mendudukkannya dengan tempat duduk dari api pada hari kiamat kelak" ( HR Ahmad, al-Baihaqi, ath-Thabarani)
Demikianlah Islam menangani masalah pangan, dengan menjamin ketahanan pangan untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Sehingga tak ada celah bagi pelaku kemaksiatan. Sudah saatnya umat kembali pada diterapkannya syariah untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia. Agar mendapat rahmat Allah. Aamin