Oleh: Sri Yana
Sebelumnya bawang merah telah naik harganya, menjelang Ramadan ini, tetapi sekarang ditambah lagi harga bawang putih yang meroket tinggi, sehingga pemerintah impor dari Tiongkok, Cina.
Bahwa sebanyak 84 ribu ton bawang putih impor dari Tiongkok, Cina yang akan masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Impor bertujuan untuk menstabilkan harga bawang putih yang sempat meroket.(detik.com, 3/5/2019)
Apakah alasan pemerintah impor bawang putih untuk menstabilkan harga sudah tepat? Ataukah ada udang di balik batu, ketika kenaikan di saat menjelang Ramadan ini, yaitu hanya permainan pasar saja.
Memang benar, di saat negara ini masih menerapkan sistem kapitalisme, yang mana di segala bidang kehidupan bisa diatur oleh para pemilik modal atau pengusaha yang dilindungi oleh sistem dan rezim neolib yang lazim memanfaatkan umat untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya.
Prinsip ekonomi tersebutlah yang sudah mengakar di sistem kapitalisme. Sehingga di negeri ini, pemerintah kurang mempedulikan rakyat kecil, terutama para petani, yang saat ini menimbulkan kelangkaan bawang putih. Bawang putih langka pasti ada kendala yang dihadapi para petani, sehingga menghambat hasil produksi bawang tersebut. Seharusnya pemerintah mencari penyebab kelangkaan dan meningkatkan bantuan kepada para petani, agar hasil produksi bawang putih membaik. Dengan memfasilitasi sarana dan prasarana pertanian di Indonesia. Bukan malah melakukan impor besar-besaran hingga berton-ton.
Di saat kapitalisme masih terus diterapkan, memang membuat masalah yang tak kunjung selesai. Masalah akan silih berganti, yang satu selesai, kemudian ada masalah yang lain.
Sudah sejatinya, seharusnya negara ini kembali kepada sistem Islam, yang mana telah dicontohkan oleh nabi besar Muhammad SAW. Yang telah menjadi suri tauladan kita hingga akhir zaman. Agar negara ini terhindar dari praktek kecurangan yang merugikan umat akan dicegah oleh negara dengan sanksi berat.
Oleh karena itu, dalam Islam, umat harus dibekali dan diwajibkan menuntut ilmu agama, agar umat bisa membedakan mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang agama. Sebagaimana pesan dari khalifah pada masa keemesan Islam.
Khalifah Ali bin Abi Thalib Ra. pernah berkata, "Pedagang bila (pelaku bisnis) tidak faqih (paham Agama) maka akan terjerumus dalam riba, kemudian terjerumus dan terjerumus (terus)."
Begitu juga dengan permainan para pengusaha saat ini, yang tidak paham agama dan ditambah dengan bobroknya sistem ini yang memperparah keadaan. Berbeda dalam sistem Islam negaralah yang mengatur dan mengawasi pasar, sehingga tidak terjadi kecurangan. Para pengusaha mengetahui aturan-aturan dalam pasar yang telah ditetapkan negara. Hal inilah yang menjadi para pengusaha tak sembarangan berbuat maupun bertindak. Marilah kembali kepada sistem Islam, agar umat sejahtera, sehingga kebutuhan pokok tak terus merangkak naik.
Wa'allahu a'lam bish shawab