Ada Purnama di Atas Rumahku


Oleh : Lilik Yani


Ramadhan terus berjalan, mengikuti perintah RabbNya. Setiap hari terus berputar mengelilingi bumi. Ramadhan tak mau berhenti walau kita sangat menginginkan. Untuk sekedar istirahat sejenak agar aku bisa puas memandangnya. 


*******


Ketika aku pulang dari sholat tarawih. Seperti biasa pandangan kuarahkan ke langit biru. Dari hari-hari sebelumnya mulai hilal, sabit kecil,  sabit besar hingga purnama. Fase-fase bulan Ramadhan kuamati setiap hari. Sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah yang mengatur perjalanan bulan, bumi, matahari. Sungguh, sebuah pengaturan yang sangat detali dan teliti. Sehingga menciptakan panorama yang sangat indah. 


Ramadhanku, perjalananmu kini sudah melampaui pertengahan bulan. Maka tak heran jika wajahmu berubah cantik sekali.  Bulat, indah, mempesona. Sinarmu yang lembut menerangi pesona malam. Jika pemandangan ini dilihat di pedesaan, wajahmu semakin tampak bersinar. Dan cahaya lembutmu bisa menerangi sampai ke bumi. 


Ramadhanku, umat terpesona melihat cantiknya wajahmu ketika sedang purnama. Tapi ada perasaan antara sedih dan gembira hatiku. Gembira karena telah bersamamu lebih limabelas hari.  Suka duka kulalui setiap hari bersamamu. Ku upayakan mengisi setiap detikmu dengan agenda yang sudah ku rancang jauh hari. 


Maafkan aku, Ramadhan, jika banyak program yang tidak terealisasi sesuai rencana. Karena kami tidak tahu ada kejadian-kejadian yang di luar kendali. Terkadang juga ada riak-riak kecil yang mengalihkan fokus perhatian kami.


Sebenarnya ketika sang penggoda sudah dibelenggu dengan rantai besi secara kuat. Maka seharusnya bisa diminimalisasi godaan untuk beramal sholih. Apalagi ada faktor pendukung lain, pintu surga dibuka lebar-lebar. Hingga semakin menambah motivasi untuk beribadah lebih maksimal. 


Jika kenyataan masih ada program yang terbengkalai. Padahal sudah berupaya maksimal, maka Allah akan melihat proses yang kita lakukan. Tapi jika terkadang ada riak-riak yang sempat mengalihkan perhatian. Sehingga kita tidak fokus menjalankan amalan, maka maafkan aku Ramadhan. InsyaaAllah aku akan berupaya lebih baik di beberapa hari Ramadhan yang masih tersisa. 


Ramadhan, melihat engkau sudah purnama. Di langit malam di atas rumahku. Membuatku merenung mendalam. Berarti tidak lama lagi engkau akan pulang. Kembali ke peraduan RabbMu. Hingga suatu saat setelah perputaran demi perputaran berganti, fase demi fase terlampaui.  Maka engkaupun akan kembali, Ramadhanku. 


Yach, engkau akan kembali menemui umat-umat yang beriman untuk menemaninya beribadah bersamamu, Ramadhan. Tapi masalahnya,  apa aku masih bisa menjumpaimu lagi, Ramadhan? Tidak ada yang mengetahui rahasia Allah. Bahkan engkau pun tidak tahu, Ramadhan. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa bisa kembali bertemu Ramadhan tahun depan.


Saudara muslimku, banyak yang bergembira melihat pesona purnama Ramadhan. Indah mempesona, tampak jelas di atas rumahku. Karena cuaca sedang cerah. Bahkan purnamamu dikelilingi bintang-bintang yang berkelap kelip menyenangkan hati. 


Tapi ada sisi lain yang merasa sedih karena engkau semakin bergerak semakin jauh dari kami. Engkau selalu bergerak walaupun sekuat tenaga akan kuhentikan langkahmu. Biar semangat ibadah selalu terpacu karena ada tawaran-tawaran indah dari Allah yang dititipkan padamu. 


Oya,  sebentar lagi ada malam seribu bulan atau lailatul qadr. Sebuah hadiah akbar dari Allah untuk hambaNya yang masih konsisten beribadah bersamamu,  Ramadhan. Bagaimana tidak akbar? Lailatul qadr itu kebaikannya melebihi seribu bulan atau lebih dari 83 tahun. 


Subhanallah, tidak ada jaminan bisa meraih usia segitu. Tapi jika kita tetap istiqomah beribadah dari awal Ramadhan hingga akhir Ramadhan, apalagi selalu berjaga selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. Maka insyaaAllah kita akan mendapat berkah lailatul qadar. 


Karena kebaikan dan berkah lailatul  begitu besar, maka tidak heran jika umat berbondong-bondong untuk memburunya. Rela berjaga untuk i'tikaf di masjid bersama-sama. Dengan harapan akan mendapat karunia lailatul qadr tersebut. 


Ramadhanku, temani aku untuk mohon ampunan kepada Allah. Mohon ampun atas seluruh dosa dan khilaf yang kukerjakan sengaja maupun tidak sengaja. Allah Maha Pengampun dan suka mengampuni kesalahan hambaNya. Maka aku juga terus untuk meminta ampun kepada Allah. Termasuk mohon ampun karena tidak maksimal memanfaatkan momentum Ramadhan untuk meningkatkan amal kebaikan, apalagi ada hadiah pahala berlipat ganda. 


Momentum untuk bersyukur atas segala karunia Allah. Karunia iman,  Islam, kesehatan, kesempatan, rezki halal, juga karunia dipertemukan dengan bulan Ramadhan penuh berkah. 


Momentum untuk memperbanyak mohon ampunan dan taubat atas segala dosa dan kesalahan. Dengan munajat di sepuluh hari akhir Ramadhan. Hingga kita bisa meraih gelar manusia yang bertaqwa kepada Allah.


Wallahu a'lam bisshawab



Surabaya,  21 Mei 2019


#RamadhanBulanBerkah

#RamadhanBulanAmpunan

#RamadhanBulanPerjuangan



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak