Oleh : Ecih Ummu Aisyah
H-3 menjelang tanggal 22 Mei 2019 Waktu pengumuman siapa presiden terpilih. opini-opini banyak bermunculan.
Mulai dari keluarnya stetment polri akan adanya aksi terorisme pada tanggal 22 Mei 2019 "Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (17/5).
Logikanya, jika memang aksi teror tersebut sudah tercium keberadaanya tentu harus ada pencegahan, bukankah ada densus 88? Lalu Sebenernya teroris itu dari kalangan siapa? Jika diingat-ingat pada aksi 411 dan 212 pun himbauan tersebut disampaikan. Sudah menjadi rahasia umum, opini menggiring label teroris hanya disematkan kepada muslim. Jika memang benar, masa iya menyerang dikandang sendiri? Tidak masuk diakal.
Kemudian, Hendropriyono selaku mantan kepala badan Intelijen negara (BIN) mengumumkan akan meminjamkan 150 anjing terlatihnya untuk menghalau kericuhan pada tanggal 22 Mei. Sebenarnya siapa yang akan mereka lawan? Rakyat?
Lalu, People Power. Istilah ini hangat jadi perbincangan, karena konon katanya berpotensi makar. Terlebih ditangkapnya eggy sudjana dengan kasus makar people power.
Jika flashback ke tahun 2014, istilah people power telah digunakan oleh para pendukung jokowi kala itu. “Justru people power ini dari tahun 2014 dari kelompok Jokowi dan itu ada bukunya. Bisa dilihat di Gramedia,” kata Eggi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta. Namun, beda lain hal lain cerita. Jika dahulu baik-baik saja, maka kini sesuatu hal yg mengancam kedaulatan negara katanya. Sehingga menjadi sesuatu hal yg genting yang tercipta kebijakan- kebijakan yang seperti belah mata pisau.
Jika dikatakan pesta Demokrasi 5 tahun sekali, mengapa rakyat tidak bersuka cita? Justru saat rakyat hendak menuntut keadilan, dan menyampaikan aspirasi lewat media sosial saja langsung terjerat UU ITE yang terkesan memaksakan kehendak. Belum lagi memakan korban jiwa yang sangat fantastis. Pesta seperti apa?
Slogan Demokrasi "dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat". Rakyat yang mana?
Fatamorgana!
Akankah kita terus mengulang pesta seperti ini? Pesta yang menciptakan huru hara dan caci maki, terpecah belah saat beda pilihan saling benci dan memutuskan tali silaturahmi.
Islam punya solusi!
Khilafah peradaban gemilang, belum ada yang mampu menandingi kejayaannya
Wallahu a'lam bisyowab