Waspada, Liberalisasi Mengancam Generasi!

ilustrasi pesta gay(sumber:google)


Entah setan apa  yang bersarang di kepala MT hingga tega berbuat nista pada siswanya sendiri?  Sungguh terlalu.  Ya, Mantan kepala sekolah di Kabupaten Soppeng, Sulsel, MT ditangkap polisi. MT yang kini bekerja di Dinas Pendidikan Soppeng, diduga telah mencabuli 14 anak.

"Dari hasil Laporan yang kami terima, sudah 14 anak berstatus pelajar diduga dilecehkan oleh Oknum Kepala Sekolah di sekolah tempat pelaku menjabat sebagai Kepala Sekolah. Namun kini MT bertugas di Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng," Kata Kasat Reskrim Polres Soppeng, AKP Rujiyanto Dwi Poernama, kepada (detikcom,14/4/2019). 

Tak terbantahkan arus liberalisasi  yang terjadi secara masif dan sistematik di negeri ini telah mengancam sendi-sendi kehidupan masyarakat dan keluarga.  Perbuatan yang bebas lepas tanpa aturan, ciri khas liberalisasi telah nyata merusak.  Boro-boro cemas akan masa depan korbannya, cemas akan azab Allah Sang Pencipta sudah tak lagi ada. 

Serupa tapi tak sama, demikian pula yang terjadi di Garut baru-baru ini.  Bedanya pelaku adalah belasan anak di bawah umur asal Kampung Cipeuteuy, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota. Mereka mengalami ketagihan seks tak lazim. Sadisnya mereka ramai – ramai melakukan adegan syur layaknya penyuka sesama jenis setelah menonton video porno. Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan, sudah ada orang tua anak yang menjadi korban melapor ke Polres Garut. Hingga saat ini, Polres Garut masih terus meminta keterangan sejumlah saksi. (viva.co.id,14/4/2019).

Ngeri! Satu kata yang harusnya berkelindan di benak para orang tua dan pemangku kebijakan di negeri ini.  Hendak ke mana gerbong generasi masa depan negeri ini dihela?  Menuju jurang kehancuran atau sukses yang mengangkasa?

Ancaman Liberalisasi, Harus Siaga Satu!

Liberalisasi  merupakan sebuah keniscayaan dan konsekuensi dari penerapan sistem kehidupan yang berbasis ideologi sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).

Masyarakat dicekoki paham kebebasan yang mengajarkan bahwa kebahagiaan dan kemajuan masyarakat akan dapat tercapai ketika setiap individu di dalamnya bebas untuk melakukan apa pun yang diinginkan, dan dengan cara apa pun tanpa rasa takut atau ancaman diskriminasi dari anggota masyarakat lainnya.

Pandangan itu juga mendorong masyarakat untuk bersikap toleran dan menerima perbedaan pendapat, sikap serta perbuatan orang lain, meskipun menyimpang dari norma dan agama.  Wajar bila berbagai kasus seperti di atas hanya hangat tahi ayam, heboh pemberitaan  di awal lalu perlahan ditinggal.  Begitu seterusnya.

Hal ini tentu saja akan merusak identitas keislaman dan mengikis ketaatan masyarakat terhadap ajaran Islam sebagai pedoman kehidupan.

Alhasil, umat Islam tidak lagi mengikatkan identitas diri, pemikiran dan perbuatan pada ajaran Islam terkecuali sebatas ibadah ritual seperti salat dan puasa serta sebagian kecil masalah sosial seperti nikah, talak rujuk dan waris.

Ditambah lagi terjadi pembiaran oleh para elite negara atas berkembangnya nilai-nilai barat  yang notabene bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.   Tampak jelas  sikap abai negara terhadap degradasi moral yang menimpa masyarakat. 

Memang, bagi negara sekuler, masalah moralitas merupakan urusan masing-masing individu, dan negara tidak berhak melakukan intervensi. Maklum saja jika hari ini pemerintah bersikap tak acuh terhadap hancurnya institusi keluarga akibat perceraian dan perselingkuhan.    Menutup mata terhadap tingginya praktik zina (seks bebas), aborsi dan berbagai bentuk kriminalitas yang marak di kalangan generasi muda.  Buktinya hingga sekarang tak ada sanksi yang tegas dan tuntas membuat jera para pelaku.

Negara seolah tak kuasa menghentikan penetrasi budaya liberal melalui berbagai sarana, informasi dan kegiatan yang menjadi biang kehancuran kehidupan masyarakat.

Andai  negara memiliki political will, menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan pencegahan dan perlindungan atas kehidupan sosial masyarakat dari berbagai bentuk ide/perbuatan yang merusak moral dan bertentangan dengan norma agama.

Namun apa daya justru seolah negara abai  bahkan turut menikmati bisnis informasi dan komoditas barang/jasa sekuler yang dijalankan para kapitalis.

Tengok saja, berbagai tayangan sampah seperti hiburan, gosip dan sinetron yang memuat paham kebebasan, hedonisme dan klenik/mistik tetap hadir  menjadi konsumsi ratusan juta masyarakat Indonesia setiap harinya. Serbuan konten pornografi, porno aksi serta pacaran dan perayaan Valentine Day yang berujung pada seks bebas malah difasilitasi. 

Begitu juga minuman keras (miras) dan hiburan malam yang menjadi ajang maksiat, memicu kriminalitas dan mengganggu ketertiban umum justru dilindungi karena menghasilkan pajak yang mampu mendongkrak pendapatan asli daerah.

Wujudkan Perisai Menangkal Liberalisasi

Jelaslah paham sekuler-liberalisme sangat berbahaya bagi kaum Muslimin, ibaratnya seperti racun yang mematikan bagi tubuh kaum muslimin. 

Sekularisme merupakan induknya, yang telah melahirkan liberalisme yang mengagung-agungkan kebebasan tanpa batas. Liberalisme terus  menyerang dan merusak kaum Muslimin dengan serangan pemikiran yang melumpuhkan pilar-pilar dasar dalam Islam. Dalam pemikiran liberal yang halal dianggap haram, dan haram justru dianggap halal dengan berbagai tuduhan tanpa dasar. 

Dalam pemikiran liberal, penghinaan terhadap Rasulullah SAW dianggap sebagai kebebasan berekspresi. Namun, justru sikap pembelaan dari umat Islam terhadap kemuliaan Rasulullah SAW serta ajaran Islam yang beliau bawa dianggap radikalisme. Sekularisme-liberalisme senantiasa menggunakan logika dangkal yang sangat tendensius ditujukan untuk merusak nilai-nilai Islam yang agung dan mulia, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai Barat yang rusak dan menyesatkan. Ironisnya para pengekor peradaban Barat tersebut berasal dari sebagian umat Islam, yang pemikirannya telah ter baratkan. 

Mereka menyerang ajaran Islam “Khilafah”, dengan tuduhan membahayakan NKRI, namun tidak pernah menggugat ratusan ton narkoba yang diselundupkan ke Indonesia, atau pamer aurat ala girlband Korea, blackpink yang jelas-jelas telah mengancam dan merusak moral generasi penerus negeri ini.

Padahal hanya Islam yang akan mampu menghadapi hegemoni nilai-nilai peradaban Barat yang sekuler. Sebab Islam adalah agama paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk dalam bidang sosial kemasyarakatan.  Justru Islam menjadi terasa kering dan sempit bila hanya berputar pada persoalan akidah dan ibadah. 

Terlebih dalam sejarahnya Islam telah berhasil menyatukan berbagai agama dan bangsa dalam satu kesatuan institusi negara, yang telah melindungi mereka dan menyejahterakan semua umat manusia. Data historis menjelaskan bahwa Kekhilafahan terakhir, Utsmaniyah sebenarnya sangat heterogen dalam agama, bahasa, dan struktur sosial. Maka tegaknya Islam kaffah akan berfungsi sebagai perisai yang menangkal segala bentuk gangguan berupa pemikiran maupun perbuatan yang dapat mengancam terwujudnya generasi tangguh dambaan umat.  Firman Allah, 

Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allâh membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” [TQS Al-Anfâl:24].  Wallaahu a'lam.


Ummu Zhafran

(Pengasuh Grup Ibu Cinta Quran)








Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak