Unicorn In Indonesia


Oleh: Yuni Masruroh

(Pengamat Media )


Istilah unicorn mulai dikenal akhir-akhir ini setelah debat capres pada bulan maret lalu. Munculnya istilah ini menjadikan masyarakat juga penasaran tentang apa itu unicorn. 

Unicorn  adalah perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih dari $1 miliar. 

Istilah ini diciptakan pada tahun 2013 oleh Aileen Lee, seorang pemodal usaha. Ia memilih hewan mitos ini karena perusahaan yang sukses seperti ini tergolong langka.

Bill Gurley, rekanan pemodal usaha di Benchmark memprediksi pada Maret 2015 dan sebelumnya bahwa kenaikan jumlah unicorn adalah pertanda bahwa "dunia mulai spekulatif dan tidak berkelanjutan" sehingga akan memicu gelombang "unicorn mati".  

Ia juga mengatakan bahwa alasan utama tingginya nilai unicorn adalah "banyak sekali uang" yang dapat digelontorkan ke perusahaan mereka. Penelitian Universitas Stanford menunjukkan bahwa nilai rata-rata unicorn 48% lebih tinggi daripada semestinya.


Dibalik Munculnya Unicorn di Indonesia

Jika ditelusuri, ada empat unicon yang sudah ada di Indonesia. Diantaranya adalah Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Pemerintah sendiri sudah menargetkan setidaknya ada lima unicorn yang harus ada sampai tahun 2019 ini. 

Jumlah unicorn Indonesia tersebut termasuk banyak dibanding negara-negara di Asia Tenggara.  Pertanyaannya mengapa banyak unicorn itu muncul di Indonesia?

Menurut Ekonom Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko beberapa waktu lalu, dirinya bertemu dengan Dubes Singapura. Dalam pertemuan itu ada diskusi, mengapa unicorn-unicorn muncul di Indonesia. 

"Salah satu yang muncul itu, satu itu karena di sini (Indonesia) tidak ada aturannya. Karena tidak ada aturannya orang jadi berkreasi semaksimal mungkin," ucap dia dalam FGD BTPN di Bali, pekan lalu. 

Selain itu sebut Prasetyantoko, munculnya unicorn tersebut karena adanya kesempatan yang besar di Indonesia. "Yang kedua opportunity itu ada di sini, tidak di sana," ujarnya.(KOMPAS.com)

Iffah Ainur Rochmah, Direktur Muslimah Media Center menyatakan bahwa sejatinya unicorn tumbuh di tengah perlambatan ekonomi.

Iffah menyebutkan, yang paling banyak menikmati keuntungan pasar Indonesia adalah asing. “Diakui 90 persen barang yang diperjualbelikan unicorn e-commerce adalah impor, mematikan daya saing UMKM. Juga kerawanan penyalahgunaan data konsumen bagi kepentingan asing,” ujarnya.

“Mereka mengejar valuasi dengan sengaja rugi dengan strategi ‘burning money’ dan ‘cut loss’ untuk menggaet pengguna dengan target kenaikan valuasi 20 kali lipat per 3 tahun. Alhasil terjadi dominasi pasar, mematikan yang bermodal lebih kecil,” tegas Iffah.

Dari sini nampak jelas bahwa keberadaan unicorn-unicorn di Indonesia bukan malah membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, justru sebaliknya yang diuntungkan adalah asing yang notabene sebagai investor utama bagi keberadaan unicorn tersebut.

Lagi-lagi rakyat kecil yang dirugikan. Karena usaha-usaha kecil milik mereka akan terancam gulung tikar. Alhasil, pemasukan yang mereka peroleh selama ini akan kandas dengan semakin banyaknya unicorn-unicorn tersebut. 

Disisi lain masyarakat dijebak dengan kehidupan hedonis yang menyebabkan pengeluaran mereka semakin meningkat, sedangkan dari segi pemasukan berkurang. 

Inilah kesejahteraan semu yang ditawarkan oleh sistem kapitalis yang akan terus kita rasakan. Selama penjajahan masih mencengkeram negeri ini, kesejahteraan hanya untuk mereka para pemilik modal.

Kecuali jika kita mau beralih pada sistem dari Sang Pencipta yang sudah pernah diterapkan selama kurang lebih empat belas abad lamanya. Itulah sistem Islam yang sudah terbukti mampu membawa masyarakatnya pada kesejahteraan yang sebenarnya. 

Wallahu'alam bi shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak