Ulama dalam Lingkaran Rezim Dzalim

Oleh: Hexa Hidayat (Alumni Univeristas Muhamadiyah Palembang, Aktivis)


Sejatinya ulama adalah warisatul Anbiya artinya warisan para nabi atau perpanjangan tangan para Nabi.Seorang ulama bertugas mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial masyarakat.

Tapi belakangan ini peran seorang ulama seakan-akan menjadi sesuatu yang membahayakan bagi keberagaman agama untuk ketentraman suatu Negara.Apalagi ulama yang berani mengoreksi kesalahan penguasa, berani untuk melakukan amar ma’aruf nahi mungkar. Rezim yang dzalim menjadikan ulama tersebut musuh bagi sistem  politik yang terkadang menghalalkan segala cara untuk membuat ulama menjadi bungkam atau membuat image yang tidak baik tentang ulama tersebut.  Tujuannya tak lain sebagai pembunuhan karakter/character assassination atas ulama tersebut.

Fitnah-fitnah yang beredar atas para ulama bertujuan untuk melemahkan perjuangan mereka untuk kepentingan politik mereka semata. Belakangan banyak tagar yang ditujukan kepada Ustadz Abdul Somad(UAS) atas tuduhan keji atas dirinya, hal ini terjadi pasca dukungan UAS terhadap salah satu paslon. Hal ini sangat disayangkan terjadi karena fitnah terhadap ulama tidak akan menyurutkan langkah UAS yang ikhlas untuk terus menyerukan kebenaran, justru sebaliknya akan semakin mengokohkan perjuangan UAS bahwa rezim tersebut benar-benar dzalim dan ketakutan. 

Begitu takutnya suatu rezim dengan kebangkitan Islam sehingga dengan kejinya begitu mudahnya memfitnah para ulama dengan tuduhan-tuduhan yang sangat tidak beralasan. Mereka tidak akan segan membawa ulama ke ranah hukum dengan tuduhan yang sengaja diada-adakan, sehingga masyarakat beranggapan bahwa ulama yang ikut terjun ke dalam politik adalah ulama yang culas yang menginginkan kekuasaaan dan kekayaan.Hal ini mereka lakukan agar masyarakat tidak terpengaruh dengan perkataan ulama tersebut, mereka sengaja mempropagandakan hal tersebut.Rezim yang dzalim tidak menginginkan kebijakan-kebijakan mereka yang sama sekali tidak berpihak kepada umat di koreksi oleh seorang ulama yang mempunyai banyak Jamaah. Inilah yang terjadi dalam sistem demokrasi, seorang ulama seolah-olah hanya sebatas penasehat agama saja, seorang ulama tidak berhak ikut dalam kegiatan ibadah lainnya seperti berpolitik maupun ekonomi. Padahal berpolitik juga merupakan bagian dari dakwah seorang ulama.

Banyak kasus kriminalisasi ulama dari Ustdaz Alfian Tanjung, ustdaz Khalid Basalamah, ustdaz Felix siauw sampai kepada UAS semuanya tidak bisa diselesaikan secara tuntas.Seolah-olah hal ini sesuatu yang tidak perlu penanganan yang serius bahkan memang sengaja dihilangkan.Pelaku kriminalnya pun tidak pernah ditangkap apalagi dipenjara, inilah kegagalan sistem demokrasi dalam rezim yang dzalim ini.Lalu apakah kita masih ingin mempertahankan sistem ini bila nantinya akan semakin banyak ulama-ulama yang akan terus terkena tuduhan keji?

Ulama itu seharusnya dijadikan panutan karena mereka penerang bagi umat. Ulama itulah yang akan memberikan contoh yang baik kepada umat untuk diikuti,tidak seharusnya di fitnah.ulama seharusnya dihormati,melecehkan mereka adalah dosa yang besar. Karena mengolok-olok dan memandang ahli ilmu dan orang shalih,termasuk sifat orang kafir dan salah satu cabang kemunafikan.Dalam Sistem Islam fitnah terhadap ulama bisa diberikan hukuman penjara bahkan hukuman mati.Karena sesungguhnya fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan,seperti firman ALLAH dalam surat Al Baqarah ayat 191,”Dan bunuhlah mereka dimana kamu temui mereka,dan usirlah mereka darimana mereka telah mengusir kamu.Dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan…,”Karena fitnah yang dilakukan seseorang kepada orang lain akan menimbulkan ketidakpercayaan seseorang terhadap orang lain apalagi bila hal ini terjadi pada ulama sebagai Warisatul Anbiya.


Wallahu A'lam Bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak