Oleh: Indah Nurmalia Sari, S.Pd
Diresmikannya MRT Jakarta seperti memberikan angin segar bagi penduduk Jakarta. Kemacetan yang selalu menghambat transportasi mungkin akan mulai terselesaikan. Murahnya tarif menjadi dambaan bagi seluruh masyarakat.
Namun sepertinya ada banyak permasalahan yang terjadi. Mulai biaya pengadaan yang didapat dari hutang sampai dengan kualitas dari MRT itu sendiri. Ini tentu tidak lepas dari sistem yang ada saat ini. Bagaimana sistem kapitalis menjadikan negara sebagai pihak penjual jasa transportasi kepada rakyatnya. Dengan mengukur semuanya dari keuntungan materi.
Dalam Islam, pengaturan transportasi adalah salah satu kebutuhan dasar. Di mana negara wajib menguasai seluruh sistem transportasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Negara dilarang melakukan aktivitas jual beli pada transportasi umum. Negara hanya boleh melayani tanpa mengambil keuntungan. Seandainyapun harus membayar maka cukuplah dengan biaya operasional saja itupun kalau terpaksa harus diambil.
Dalam tranportasi, dunia Islam sudah memiliki keunggulan dibanding dengan negara-negara lain pada beberapa abad silam. Misalnya dalam sistem navigasi. Di mana navigasi diperlukan agar perjalanan menjadi aman, tidak tersesat. Untuk itulah kaum muslimin belajar astronomi dan teknik membuat kompas sampai ke Cina, dan mengembangkan ilmu pemetaan dari astronomi yang teliti. Hasilnya, perjalanan haji maupun dagang baik di darat maupun di lautan menjadi semakin aman.
Teknologi & manajemen fisik jalan sangat diperhatikan Sejak tahun 950, jalan-jalan di Cordoba sudah diperkeras, secara teratur dibersihkan dari kotoran, dan malamnya diterangi lampu minyak. Baru dua ratus tahun kemudian, yakni 1185, Paris memutuskan sebagai kota pertama Eropa yang meniru Cordoba. Abbas Ibnu Firnas (810-887 M) dari Spanyol melakukan serangkaian percobaan untuk terbang, seribu tahun lebih awal dari Wright bersaudara, sampai Sejarawan Phillip K. Hitti menulis dalam History of the Arabs, “Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying.”
Hingga abad ke-19 Khilafah Utsmaniyah masih konsisten mengembangkan infrastruktur transportasi ini. Saat kereta api ditemukan di Jerman, segera ada keputusan Khalifah untuk membangun jalur kereta api dengan tujuan utama memperlancar perjalanan haji. Tahun 1900 M Sultan Abdul Hamid II mencanangkan proyek “Hejaz Railway”. Jalur kereta ini terbentang dari Istanbul, Ibukota Khilafah, hingga Makkah, melewati Damaskus, Jerusalem dan Madinah. Dengan proyek ini, dari Istanbul ke Makkah yang semula 40 hari perjalanan tinggal menjadi 5 hari. Itulah beberapa keunggulan sistem transportasi dalam Islam.
Wallahu alam bishawwab.
---
[Like and share, semoga menjadi amal sholih]
---
Join Komunitas Muslimah Cinta Islam Lampung di:
⬇️⬇️⬇️
Facebook: fb.com/DakwahMCI
Telegram: t.me/MuslimahCintaIslam
Instagram: @muslimah.cintaislam
---