Oleh: Elis Solihat
(Ibu Rumah Tangga)
Pemilihan penyelenggaraan pemilihan umum 2019 di sejumlah daerah mengalami banyak kendala. Mulai dari distribusi logistik, kekurangan surat suara, kekurangan kotak suara, hingga surat suara tercoblos lebih dahulu. Deretan kasus ini menunjukan KPU gagal menjamin pemilu berjalan langsung. Dari data yg di himpun oleh Tirto, setidak nya ada belasan kabupaten/kota yg terhambat melaksanakan pemilu karena kegagalan KPU tersebut. Keterlambatan logistik terjadi di kabupaten banggai, sulawesi tengah. Akibat nya ada 11 kecamatan terancam tidak bisa mencoblos. Laporan media internasional tentang pemilihan umum di indonesia 2019 menyatakan sebagai pemilihan presiden terbesar di dunia. Sementata CNN menyebut besar nya pemilu di indonesia seraya mengutip kajian di australia, Lowy Institute menyebut pemilu di indonesia merupakan "satu hari pemungutan suara paling rumit" yg pernah di lakukan.
Rp.24 Triliun sudah melayang. 100 lebih manusia wafat dalam tugas. 7000 pelanggaran tercatat. Kekacauan politik dan ketidakpercayaan rakyat pada penyelenggara pemilu. Itulah segelintir poin yang terjadi pada hajatan pemilu kali ini. Ruwet, kacau, penuh kecurangan.
Sesungguhnya, pergantian kepemimpinan merupakan hal yang biasa dan lazim, khususnya dalam sistem Islam. Saat kekasih kita, Baginda Rasulullah saw. wafat, ia segera digantikan oleh Abu Bakar ra. Abu Bakar ra. wafat, digantikan oleh Umar ra. Umar ra. wafat, digantikan oleh Ustman, dan seterusnya.
Apa yang berbeda? Perbedaannya adalah bahwa dasar pergantian kepemimpinan dalam Islam hanya diletakkan pada ketaqwaan pada Allah SWT, bukan kepentingan pribadi maupun segelintir golongan. Sehingga prosesnya tidak berlarut-larut dan tidak ada celah untuk berbuat curang seperti saat ini. Karena mereka menyadari kepemimpinan adalah amanah dan akan dimintai pertanggungjawaban. Pemimpin seperti ini hanya bisa dilahirkan oleh sistem yang shohih, yang diturunkan langsung oleh Allah swt yakni sistem islam dalam bingkai khilafah.
Wallohu’alam Bi Shawwab.