Oleh: Lina Lugina
(Aktivis Dakwah Islam Kaffah)
Miris memang bila sistem demokrasi terus dipakai di negeri ini, mulai dari pemilihan ketua RT, RW, Lurah, sampai ke pemilihan yang paling teratas yaitu pemilihan presiden. Akan terus terjadi saling menjatuhkan satu sama lain, itulah yang terjadi saat ini.
Muslim Arbi dalam pernyataan kepada suara nasional 23/3/2019 Joko Widodo melakukan adu domba dengan menyebut organisasi berbahaya mendukung Prabowo Subianto. Jokowi terlihat panik dengan menyebut ada organisasi tertentu pendukung Prabowo, Jokowi justru membuat rakyat tidak memilih paslon 01, rakyat makin tidak simpati kepada Jokowi, saat ini Jokowi terlihat ambisius mempertahankan kekuasaanya dengan berbagai cara. Jokowi juga membuat kegaduhan dengan menyebut organisasi berbahaya mendukung Prabowo.
Di acara yang dihadiri para pengusaha di Istora Senayan (kamis/21/3/2019) Jokowi mengatakan "Bapak Ibu mau memilih yang didukung oleh organisasi- organisasi yang itu? Mau? mau? mau?"
Jokowi juga mengingatkan kepada rakyat untuk tidak memilih pemimpin yang didukung oleh organisasi yang berbahaya dan tidak takut terhadap hasutan atau teror yang dikirim dari oknum yang tidak bertanggung jawab dan beliau telah meminta TNI dan POLRI untuk mengamankan jalannya pesta demokrasi agar setiap masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya melalui pemilu".
Jelaslah, bahwa sistem demokrasi telah gagal dalam upaya mempraktikan politik yang bersih tanpa adu domba.
Dalam Islam, membangun kekuatan politik harus berdasarkan kesadaran umat atas keshahihan ideologi Islam dan kemampuannya dalam menyelesaikan problem kehidupan, sehingga kekuasaan diraih justru untuk menegakkan ketaatan bukan hanya sekedar kontestasi belaka. Dengan kekuasaan itulah maka keberkahan dan kesejahteraan dapat diwujudkan, tentunya kekuasaan yang berdasarkan atas perintah Allah SWT untuk menerapkan syari'at Islam secara keseluruhan dalam bingkai institusi Kekhilafahan.
Allaahu a'lam bi ash-shawab.