Satu Tubuh Yang Tersekat Nasionalisme


Oleh : Nuraeni E. Aswari


Duka dan Luka bertubi-tubi mendarat kepada umat Islam. Ketika luka dari New Zealand belum kering. Sementara Uighur, Rohingya dan Suriah pun masih berduka. Baru-baru ini wilayah Ghaza kembali digempur dan muslim di Mali menjadi sasaran empuk baru bagi mereka para teroris sesungguhnya untuk dihancurkan.


"Warga etnis Fulani diserang dan dibakar secara hidup-hidup. Pembantaian ini diduga dilakukan oleh etnis Dogon." (m.merdeka.com, 27/03/2019)


"Dua menteri sayap kanan Israel mendesak agar pengeboman ke Jalur Gaza ditingkatkan setelah serangan udara balasan terhadap roket Hamas." (dunia.tempo.co, 26/03/2019)


Dengan segala pemberitaan pahit yang ada di media baik daring maupun luring. Faktanya umat Islam di dunia yang jumlahnya ratusan juta benar-benar hanya menjadi seperti buih di lautan, meski terlihat banyak namun sama sekali tidak berarti apa-apa.


Ketika suguhan berita menyakitkan mengobarkan semangat namun terhalang oleh batas Zona Ekonomi Eksklusif yang diukur dari garis pangkal laut wilayah negara dan menjadi senjata bagi mereka yang tidak peduli kepada saudaranya untuk mengatakan urusan kita sampai di batas ini saja, sedang mulai dari batas yang itu sudah bukan urusan kita lagi.


Siapakah kita sebenarnya padahal Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:


"Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R. Bukhari dan Muslim)


Maka tidak bisa pada akhirnya kepala kita tidak ikut pusing padahal gigi kita sedang sakit, atau perut kita bisa kenyang sedang sariawan melukai mulut dan radang menyiksa di tenggorokan. Sedekat itu kita dengan saudara muslim yang berada jauh di sana.


Satuan jarak jauh kita dengan siapa bukan diukur dari seberapa jauh tempat kita berada, melainkan ketika hati sudah tidak saling terpaut lagi. Dan mereka yang menginginkan itu bertepuk tangan atas keberhasilannya karena telah mampu memecah belah kita, membuat umat Islam tidak lagi sevisi dan semisi.


Pembentukan negara suatu bangsa yang mereka rekomendasikan hanyalah alat yang mereka buat untuk melemahkan umat Islam di dunia, menjadi hilang wujud ukhuwah sebenarnya. Mereka katakan negara itu sudah merdeka padahal justru semakin masuk ke dalam lingkaran mereka.


Hanya negara khilafah yang dapat menyelamatkan umat muslim di dunia dan menyatukannya. Karena hanya khilafah yang mampu menerapkan hukum Islam, bukan federasi, atau monarki, apalagi republik demokrasi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak