Oleh: Yeni Mulyani
Ibu Rumah Tangga
Masih belum lepas dari ingatan kita semua, berbagai bencana alam yang menimpa saudara-saudara kita, di Lombok, Palu, Selat sunda dan lainnya yang terdekat banjir bandang diSentani Papua yang menewaskan hampir 79 orang dan puluhan lainnya yang masih belum ditemukan. Bagaimanakah sikap Penguasa kita terhadap rakyatnya?? Ternyata sangat ironis tidak menempatkan skala prioritas dalam tanggap membantu korban bencana. Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon melayangkan kritiknya terkait anggaran penyelenggaraan Apel Kebangsaan sebesar Rp 18 miliar.Hal tersebut dikritik Fadli, lantaran pada waktu yang bersamaan, dana bantuan yang diberikan pemerintah daerah untuk korban banjir bandang di Sentani, Papua hanya berkisar Rp 1 miliar.Sebelumnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo menggelar acara Apel Kebangsaan di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang, Minggu (17/3/2019).Ganjar kerap dikritik lantaran acara itu digelar dengan menggunakan dana APBD. Fadli membandingkan dengan dana bantuan yang diberikan bagi para korban banjir bandang di Sentani, Papua.Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah hanya memberikan dana sebesar Rp 1 miliar. Hal itu sempat diungkapkan Aktivis Kemanusiaan Natalius Pigai melalui akun Twitter pribadinya."Bantuan BPBP Papua hanya 1 miliar untuk rakyat Sentani Papua. Tuhan jaga bangsa saya, ungkap Natalius.
Inilah fakta yang nyata dilihat dan dirasakan rakyat, menyakitkan memang ketika para Penguasa berada dalam lingkaran sekulerisme kapitalisme maka rakyat bukanlah prioritas utama yang harus diurus(riayah). Para penguasa lebih mementingkan keinginan dan permintaan para kapitalis hanya untuk kepentingan tertentu.
Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah sawApabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasig menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabiin dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).(HR. Tirmidzi)
KETIKA terjadi bencana alam, paling tidak ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut. Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Tuhan. Ketiga, Sunnatullahdalamartigejalaalamatauhukum alam yang biasaterjadi. Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya.Maka sikap seorang Pemimpin adalah tanggap membantu korban bencana, jangan sampai keduluan oleh LSM yang bergerak memberikan pertolongan dengan membawa misi tertentu. Seorang Pemimpin harusnya mendahulukan bantuan keuangan yang sangat urgent dibutuhkan masyarakat yang terdampak gempa daripada menghambur- hamburkan uang rakyat untuk kegiatan yang tidak urgent daripada menolong korban bencana.
Wallahualam Bi Shawwab.