RA Kartini dan Surat Al-Fatihah


Oleh : Mufida Prafitri (Mahasiswa tinggal di Sukoharjo)


Tanggal 21 April masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini, berbagai perayaan dan perlombaan diadakan pada tanggal tersebut. Namun Hari Kartini tidak boleh hanya diperingati sebagai perayaan seremonial saja. Kita semua juga harus mampu memaknai semangat RA Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Sebagai seorang muslim kita tidak boleh hanya mengagumi sosok seorang RA Kartini tanpa menelaah lebih jauh bagaimana aqidah yang dimilikinya. Seperti yang kita tahu RA Kartini dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan hak-hak perempuan agar mendapat pendidikan dan melakukan pengembangan diri tanpa memandang status sosial. 


Tahukah kalian sisi lain dari Kartini dan kekagumannya terhadap Islam?. Dikutip dari laman www.nu.or.id , suatu ketika RA Kartini belajar agama kepada Kyai Sholeh bin Umar atau yang lebih dikenal dengan Kyai Sholeh Darat. Sebelum belajar agama kepada Kyai Sholeh, RA Kartini dilanda kegelisahan mengetahui fakta bahwa pada zaman tersebut masyarakat hanya belajar membaca Al-Qur’an tanpa diperbolehkan memahami artinya. Namun setelah belajar agama dengan Kyai Sholeh, Kartini begitu terkagum-kagum dengan Al-Qur’an. Hal itu dibuktikan dengan perkataan RA Kartini kepada Kyai Sholeh 

sebagai berikut.


“Kyai, seumur hidupku inilah pertama kalinya aku dapat memahami makna dari surat Al-Fatihah, surat pertama dan induk Al-Qur’an. Isinya sangat indah dan menggetarkan sanubariku,” 


“Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Qur’an ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al-Qur’an adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”


Sosok RA Kartini telah menggugah Kyai Sholeh untuk melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Jawa, RA Kartini juga menemukan dalam Surat Al-Baqarah : 257 bahwa Allah yang membimbing orang beriman dari gelap menuju cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Hal ini lah yang menginspirasi buku yang dibuat RA Kartini yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. 


Dari sosok RA Kartini kita dapat mengetahui bahwa beliau adalah seorang perempuan yang memiliki pemikiran yang begitu cemerlang. RA Kartini bahkan walau saat itu baru belajar makna surat Al-Fatihah sudah dapat menyimpulkan bahwa Al-Quran merupakan pedoman hidup yang dapat membimbing manusia agar mendapatkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Lalu bagaimana mungkin saat ini justru begitu banyak manusia yang mengaku beragama Islam namun begitu anti apabila aturan-aturan yang ada dalam Al-Qur’an diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak