Oleh : Ummu Aqeela
Kenakalan remaja menjadi masalah yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius dari kita semua.Sebab jika tidak, akan mengancam masa depan bangsa untuk kedepannya. Pada faktanya di masa generasi sekaranglah kita mencetak calon pemimpin yang akan datang. Namun, sepertinya melihat fenomena yang ada seolah menjadi beban berat untuk kita semua. Sebagai ibu yang mempunyai anak remaja, saya merasa miris dan pilu melihat berita yang sedang viral di media. Bagaimana tidak, berita tentang kenakalan remaja makin hari makin menunjukan peningkatan yang signifikan. Tentu saja bukan peningkatan ke arah yang positif namun kearah negatif dan memprihatinkan. Seperti yang saat ini menjadi perbincangan masyarakat luas, yaitu kasus pengeroyokan dan penganiayaan yang dilakukan 12 siswi SMA di Pontianak. Kasus yang terjadi pada 29 Maret 2019 tersebut harus dialami seorang siswi SMP yang bernama Audrey. Pengeroyokan yang mengakibatkan tidak hanya luka fisik dan alat vital tersebut mengakibatkan korban mengalami traumatik yang sangat mendalam. Dengan kejadian ini pihak keluarga akan melanjutkan proses ke jalur hukum untuk memberikan efek jera pada pelaku yang nobene masih pelajar SMA (Rakyatku.comNews 9 April 2019)
Mengurai benang kusut masalah remaja seperti diatas memang menjadi tugas bersama, tidak hanya orang tua dan tenaga didik saja namun juga menjadi perhatian pemerintah khususnya. Pada masa globalisasi seperti saat ini semuanya sudah berubah. Pergaulan remaja hanyalah lingkup kecil sebagai dampak dari sistem yang memang tidak berpihak secara total untuk membenahi akhlak umat. Pergaulan sudah bebas, dan tidak sedikit pula yang melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Berbagai kenakalan yang terjadi biasanya dialami pada remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, terhitung mulai dia masih anak-anak hingga masuk usia remaja. Masa-masa dimana perkembangan berlangsung singkat disisi fisik, psikis, dan emosionalnya. Dimasa inilah seharusnya peran orang tua begitu sangat dibutuhkan, mencetak menjadi manusia seperti apa dan bagaimana dia di masa depannya.
Tentu sebagai orang tua kita tidak bisa berkerja sendirian dalam mewujudkan hal tersebut diatas. Tidak perlu ditanyakan lagi, tidak ada satupun orang tua yang bercita-cita mempunyai anak yang bermasalah dengan akhlak dan jiwanya, apalagi sampai-sampai menjadi seorang kriminal. Namun peran orang tualah yang memberi warna dasar yang pertama dalam mewarnai pribadi dan katakter seorang anak. Bersumber dari kedua tangan orang tualah anak mengenal akidah dan syariat agama, baru kemudian lingkungan luar memberi pengaruh lanjutan. Namun hal tersebut serasa susah sekali untuk dijalankan di sistem yang begitu menjerat seperti sekarang ini. Para orang tua seolah dipaksa keadaan yang membuat mereka tidak memungkinkan melaksanakan kewajiban secara optimal dan sesuai kodratnya. Bagaimana mereka bisa fokus di pendidikan buah hatinya jika sehari-hari mereka hanya difokuskan untuk mencari materi, demi memenuhi kebutuhan yang makin hari makin mencekik. Memang dibutuhkan pengorbanan dan komitmen kuat jika ingin semua teratasi. Ketika orang tua sudah menyadari posisinya sebagai pendidik pertama dan utama buah hatinya, maka hal-hal yang tidak diinginkan pun akan bisa diminimalis terjadi bahkan bisa terdektesi sejak dini.
Selain konsen kedua orang tua, juga diharapkan perhatian lingkungan sekitar untuk memberikan suport dan didikan lanjutan sebagai kepanjangan tangan kedua orang tuanya dirumah. Mulai dari tenaga didik atau guru di sekolahnya bahkan lingkungan masyarakat di sekitar. Mereka mempunyai peran sebagai CCTV ketika melihat dan mengetahui peristiwa-peristiwa yang tidak bisa terjangkau oleh orang tua secara langsung.
Ketika orang tua dan masyarakat sudah bekerjasama, ada hal yang tak kalah pentingnya dan mempunyai peran yang besar untuk mewujud generasi yang berakhlak, yaitu peran negara atau pemerintah. Bagaimana andil negara dalam hal ini?, Negaralah yang mempunyai wewenang dalam memberikan suasana dan atmosfir positif untuk umat/masyarakat. Karena melalui tangan Pemerintahlah kebijakan-kebijakan yang positif akan dibuat. Mulai dari pendidikan, konten-konten yang tersebar media, bahkan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk mengembangkan dan mengalihkan seluruh kegiatan remaja ke hal yang positif. Semuanya akan sulit dilakukan dan diwujudkan jika negara masih terpenjara di sistem sekarang ini. Sistem yang memaksa setiap individu keluar dari kodrat yang sudah digariskan oleh Allah.
Satu-satunya sistem yang bisa mengikat kita erat, dalam bingkai ketakwaan, adalah syariat Islam. Syari'at Islam dalam pemerintahan Khilafah yang dipimpin seorang Khalifah. Khalifah inilah yang dengan sigapnya meriayah umat sampai ke detail yang kecil. Jangankan masalah kerusakan moral ke urusan kebutuhan sehari-haripun tidak luput dari perhatiaannya. Sehingga setiap individu akan lebih difokuskan untuk tanggung jawab dia sebagai orang tua dan juga tanggung jawab dia sebagai hamba tentunya.
Wallahu'alam bishowab