Politik Islam, Bukan Hanya Untuk Sampai Pada Kursi Kekuasaan

 

(Oleh : Ummu Hanif, Gresik)


Kampanye akbar yang dihelat oleh paslon capres – cawapres 02 menyisakan diskusi yang cukup panjang di berbagai media sosial. Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, menilai kampanye Prabowo ekslusif dan kental politik identitas. Menurut Ace, konsep kampanye Prabowo seperti ingin mengulang sentimen gerakan 212, mulai dari salat subuh berjamaah, orasi politik yg dibungkus taushiah sampai dengan seruan membaca fatwa MUI. Menurut Ace, tidak ada tawaran ide, program, gagasan yang disampaikan dan hanya mengandalkan politik identitas, yang bisa memecah belah bangsa. (www.tempo.co, 7/4/2019)


Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) sempat mengingatkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto untuk mengedepankan kebhinnekaan dan inklusivitas dalam kampanye akbar di Gelora Bung Karno yang diselenggarakan pada minggu (7/4/2019). Pesan itu terungkap dalam surat yang disampaikan SBY kepada tiga petinggi Demokrat, yaitu Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsudin, Waketum Partai Demokrat Syarief Hassan dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan. Surat itu ditulis SBY dari Singapura tertanggal 6 April 2019.  (www.kompas.com, 7/4/2019)


Islam memang tidak bisa dilepaskan dari politik. Karena dalam islam, politik adalah bagian dari konsep ideologinya. Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah, yaitu tata cara mengatur segenap urusan umat. Oleh karena itulah islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.

Islam tidak mengartikan politik sebagai orientasi kekuasaan, karena Islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. 


Adanya ketakutan dan kewaspadaan terhadap politik identitas islam oleh sebagian umat islam sendiri, sebenarnya berawal dari kurang menyeluruhnya pemahaman mengenai konsep politik islam yang sebenarnya dan juga dipengaruhi oleh penerapan politik praktis oleh sebagian pemuka islam yang sama sekali tidak menggambarkan politik islam. Selain itu, terlihat adanya sebuah ketakutan akan bangkit kesadaran politik  kaum muslimin, sebagaimana yang telah diprediksikan oleh banyak tokoh dan lembaga internasional, bahwa kekuatan islam akan bangkit dengan bangkitnya kekhilafahan. Sehingga ada upaya massif untuk menjauhkan umat dari aktivitas politik hakiki. Mulai dari monsterisasi islam dan ajarannya, kriminalisasi pengembannya dan lain sebagainya. Karena bangkitnya khilafah adalah awal kehancuran hegemoni kekuatan asing yang menjarah harta umat selama ini. Juga awal kehancuran boneka – boneka asing di negeri – negeri kaum  muslimin. Oleh karena itu, kaum muslimin harus menyadari, bahwa politik islam tidak hanya bagaimana cara agar sampai pada kursi kekuasaan, tapi bagaimana urusan umat bisa tertunaikan. 

Wallhu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak