Perempuan Suci Dari Sevilla



Oleh : Anna Ummu Maryam

(Pemerhati Media Dan Peduli Sejarah Islam )

Sevilla adalah kota terbesar keempat di Spanyol setelah Madrid, Barcelona dan Valencia. Kota yang ditaklukan oleh pasukan Islam pada tahun 716 M (pendapat lain tahun 712 M), merupakan kota yang pernah di kuasai oleh kerajaan Romawi.

Di zaman kuno, Sevilla bernama Hispalis dan setelah dikuasai oleh umat Islam, nama Hispalis dirubah menjadi Isybiliyyah. 

Ini kisah lebih dari 750 tahun yang lalu. Tentang seorang perempuan suci dari Sevilla yang merupakan guru dari al-Syekh al-Akbar Ibn Arabi(1165-1240).

Namanya Nunah. Atau lengkapnya Syaikhah Nun gyah Fatimah binti Ibn al-Mutsanna. Lahir di Cordoba Spanyol, namun kemudian beliau pindah ke Sevilla, dan bertemu dengan Ibn Arabi yang masih remaja saat itu.

Syaikhah Nunah sudah berusia 90-an tahun, namun saat Ibn Arabi menatap wajahnya, Ibn Arabi melihat pancaran sinarnya yang begitu menakjubkan. 

Pancaran keimanan yang sangat kuat dari sosok yang sederhana. Syaikhah Nunah selalu ceria meskipun ia hidup dalam kondisi serba papa.

Ibn Arabi menyaksikan sendiri manakala seorang perempuan mengadu kepada Syaikhah Nunah bahwa ia telah ditinggalkan suaminya yang pergi ke kota lain, maka untuk menolong perempuan yang menderita itu, Syaikhah Nunah membaca surat al-Fatihah. 

Setelah peristiwa itu terdengar kabar bahwa suami perempuan itu sudah berkumpul kembali bersama keluarganya dalam waktu tiga hari.

Sewaktu ditanya, suami itu kebingungan dan tidak mengerti bagaimana hatinya berubah dan kemudian memutuskan kembali ke rumahnya. Inilah salah satu karamah Syaikhah Nunah.

Ibn Arabi mendapat ilmu, pelajaran dan barakah dengan berguru dan berkhidmat pada Syaikah Nunah, seperti yang diceritakan sendiri oleh Ibn Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah dan Ruh al-Quds.

Sungguh pemandangan yang luar biasa saat Islam memimpin suatu negeri, dimana keagungan dan keimanan wanita begitu terjaga.

Kedudukan yang mulia pun dapat mereka peroleh sehingga dengan kecerdasan dan keimanan selaras dalam membina generasi menuju peradaban gemilang selama ribuan tahun lamanya.

Itulah yang dirasakan wanita di Eropa saat Islam berkuasa memimpin peradaban dunia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak