Oleh : Ummu Aqeela
Menghitung hari lagi pelaksanaan pesta besar-besaran di negeri ini. Pesta yang mereka sebut dengan pesta Demokrasi tersebut bukan pesta sekedar pesta, namun sebuah ajang yang dianggap kebanyakan orang menentukan nasib negara untuk lima tahun kedepan. Tidak hanya itu saja, dalam pesta lima tahunan ini pun ada hal baru yang dilakukan, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden kali ini dilakukan serentak dengan pemilu Legislatif. Dan sebagai dampak pesta tersebut tentunya pemerintah menganggarkan biaya yang sangat besar demi kesuksesan pesta Demokrasinya.
Terkait dengan belanja dalam pesta tersebut, dijelaskan bahwa anggaran APBN 2019 terbagi ke dalam tiga tahun anggaran. Untuk 2017, realisasi anggaran persiapan Pemilu 2019 mencapai Rp 465,7 miliar, sedangkan realisasi untuk 2018 mencapai Rp 9,33 trilliun. Sementara itu untuk APBN 2019 dialokasikan pagu anggaran pemilu sebesar Rp 15,79 trililun, anggaran pengawasan sebesar Rp 4,86 trililiun, dan anggaran pendukung pemilu sebesar Rp 3,29 triliun. Sehingga total realisasi penyelenggaraan pemilu 2019 selama tiga tahun terakumulasi sebesar Rp 25,59 triliun. (Kompasiana, 29 Maret 2019)
Sebuah angka yang fantastis untuk sebuah pesta yang diadakan, pesta demokrasi yang mereka gadang-gadang untuk kepentingan rakyat, nyatanya adalah sebuah pesta untuk menghambur-hamburkan uang rakyat. Dalam pandangan manusia yang beriman ini adalah sebuah musibah, musibah yang disepakati secara bersama-sama dalam lingkup nasional. Mengapa demikian? Karena umat Islam yang diwakili Partai-partai Islam didalamnya juga menyetujui dan bahkan terlibat sangat dekat dengan penyelenggaraan pesta ini. Ini membuktikan bahwa partai dan pemilu adalah sebuah keniscayaan dalam sistem buatan manusia ini, karena keduanya saling berkaitan dan dianggap elemen penting dalam sistem. Selama negara kita menggunakan sistem ini selama itu pula pemborosan lima tahun sekali akan terjadi. Dan nyatanya sampai hari ini pun perubahan berarti yang dilahirkan dari pesta tersebut belum tampak. Ini membuktikan bahwa pesta tersebut belum mampu melahirkan seorang pemimpin yang benar-benar bersandar dengan komitmen hukum-hukum kepada Allah, dan masih menyandarkan diri terhadap hukum-hukum buatan manusia. Begitu banyak kemrosotan moral yang terjadi, makin lama makin merosot adalah bukti nyata kegagalan pemimpin yang lahir dari sistem ini.
Lalu bagaimana cara melahirkan seorang pemimpin yang mau bersandar akan syari'at Allah?
Sejarah kepemimpinan terbaik sepanjang masa adalah Islam dalam kepemimpinan Rasullulah SAW, dan itu adalah bukti nyata yang tidak terbantahkan. Dalam buku On Heroes, Hero, Whorship, and The Heroes in History oleh Thomas Charlile, dia menyebut Rasullulah Sallalahu'alaihi Wasallam sebagai pemimpin dunia yang memiliki kepahlawanan paling besar dan berpengaruh. Namun saat ini konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh Rasullulah mulai diabaikan dan tergeser dengan konsep barat, tragedi dimulai sejak runtuhnya kekhilafahan utsmani di Turki tahun 1924. Peradaban barat mulai merasuk hingga sekarang melalui bingkai sekulerisme dan kapitalisme.
Dalam Islam memilih seorang pemimpin bukanlah terletak pada siapa yang memimpin tapi bersandar pada apa dia memimpin. Bersandar akan aturan manusiakah atau aturan Allah. Ketika dia mau secara tegas berkomitmen dengan aturan Allah dan menjalankan secara kaffah dalam kepemimpinannya, ibarat seorang budakpun wajib bagi kita untuk mentaatinya. Dan tidak perlu menghambur-hamburkan biaya yang sangat besar jika pada akhir pesta pemilihan yang terpilih akan memutar otak keras untuk mengembalikan biaya yang sudah dikeluarkan. Dengan berbagai macam cara meskipun cara yang dilakukan itupun yang jelas-jelas diharamkan oleh Syari'at Allah.
Ini membuktikan bahwa tidak ada satupun aturan yang memuliakan manusia selain aturan dari Allah. Karena ketika segala sesuatu disandarkan kepada Allah bukan materi lagi yang menjadi tujuan kita, namun ada yang lebih tinggi dari itu yaitu ridhoNYA. Kuatkan barisan, satukan langkah, dan merapat ke arah yang sudah pasti jelas tujuannya, yaitu Syari'at yang memuliakan umat seluruhnya.
Wallahu'alam Bishowab