Oleh: Al Azizy Revolusi
Umat Islam adalah penyumbang suara terbesar para capres-cawapres 2019-2024. Wajar, karena penduduk negeri ini mayoritas muslim. Maka tak heran jika para capres-cawapres ini berebut kue komunitas kaum muslim. Namun, apakah mereka memiliki visi dan misi yang membawa suara Islam?
Bila dicermati, sejak debat capres-cawapres pertama hingga terakhir, persoalan keumatan tidak pernah menjadi perdebatan. Mereka lebih mengedepankan janji politik dan pembangunan ekonomi. Pernyataan mereka dalam berbagai acara mengesampingkan akidah Islam sebagai dasar visi dan misi.
Dari visi dan misi mereka, ada kesan bahwa Indonesia tak mengalami masalah dengan akidah. Yang justru dianggap masalah adalah kemakmuran dan kesejahteraan. Pertanyaannya, apakah kebutuhan manusia Indonesia hanya itu???
Jika filosofi pembangunan hanya memenuhi kebutuhan fisik, bukankah ini mencontoh filosofi barat? Ok. Barat memang maju. Tapi apakah menjadikan manusia di sana bahagia? Fakta membuktikan bahwa Barat justru mengalami kerusakan moral dan sosial akibat paham sekularisme yang diterapkannya. Sistem sekuler hanya akan menghasilkan masyarakat yang rusak. intervensi asing tak akan bisa dihindari sebab sistem ini hanya membebek saja dari ideologi asing.
Sebuah negara bebek hanya akan menjadi obyek negara ideologis. Sebab terlepas benar salahnya sebuah ideologi, namun inilah faktor kebangkitan. Negara ideologis akan bangkit sementara negara pembebek ideologi tak akan pernah bangkit melebihi negara pemilik ideologinya.
Di dunia internasional, hanya ada tiga ideologi yakni komunisme, kapitalisme dan Islam. Komunisme telah runtuh. Kapitalisme kini sedang sekarat. Ideologi buatan manusia pasti akan hancur karena memang tak memiliki pondasi yang kuat.
Satu-satunya ideologi yang memiliki pondasi yang kuat adalah Islam. Sebab memang berasal dari Sang Pencipta manusia sehingga ideologi ini sesuai dengan fitrah manusia. Bahkan secara empiris, ideologi ini bertahan selama berabad-abad dalam naungan Khilafah Islamiyah. Dengan ideologi Islam, Khilafah mampu membangkitkan umat dan melahirkan peradaban yang gemilang.
Kemajuan dunia Islam tak terbayangkan dunia barat yang saat itu masih dalam kegelapan atau dark age. Sehingga tak heran jika barat mengirimkan utusan-utusan mereka untuk belajar ke negeri-negeri Islam. Mereka menaruh hormat kepada Khalifah yang menjadikan Islam sebagai mercusuar dunia.
Dalam negara Khilafah, masyarakat dimanja dengan fasilitas yang luar biasa dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya. Bahkan saking sejahteranya, tak ada orang yang mau menerima zakat ketika zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Tingkat kriminalitas pun sangat rendah. Sebuah universitas di Malaysia mengungkapkan, sepanjang sejarah Khilafah Islamiyah hanya ada 200an kasus pencurian yang dijatuhi potong tangan dalam kurun 1300 tahun. Bukan kah ini kesejahteraan yang kita dambakan?
Negeri ini sebenarnya bisa seperti zaman kejayaan Islam dengan syarat harus ada pemimpin yang amanah untuk menerapkan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Mulai dari pribadi, masyakarat hingga negara. Maka pergantian pemimpin saja tanpa disertai perubahan sistem, pasti akan gagal mewujudkan tujuannya. Mempertahankan sistem sekuler berarti mempertahankan kerusakan.
Di sinilah peran umat menentukan, apakah mereka terus menerus terjebak dalam sistem demokrasi dengan hanya melaksanakan rutinitas pemilihan lima tahun sekali? Ataukah memiliki pilihan lain yakni mendorong perubahan sistem negeri ini dari sistem kapitalisme-demokrasi menuju sistem Islam?
Ingat, Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (TQS. Ar Ra'd : 11)
====
FB, IG, Twitter : Al Azizy Revolusi
Telegram : http://t.me/alazizyrevolusi
Blog : www.alazizyrevolusi.wordpress.com
Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCbAi4uI7_Hzo5zoaWWTt2yA
WA : 0822-1386-2838