Merindukan Negarawan Sejati

Oleh: Latifah Mubarokah


  Siapakah negarawan sejati? Siapakah yang merindukan negarawan sejati? 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negarawan adalah seseorang yang ahli dalam kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan pandangan ke depan atau mengelola negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan (https://kbbi.web.id/negarawan).

   Dalam konteks Islam, negarawan adalah seseorang yang ahli dalam kenegaraan Islam; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan) Islam; pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara (berlandaskan syariah Islam) dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.

    Dalam sepanjang sejarah Islam, seorang teladan yang nyata negarawan sejati yang ideal adalah Rasulullah Muhammad saw. Beliau mengurusi urusan masyarakat, menanggujawabi urusan mereka, memperhatikan dengan kasih sayang, memperlakukanya dengan lembut dan tegas

  Keberhasilan Rasulullah Muhammad saw tidak lepas dari peran yang di

mainkanya yakni ada 3 peran yang dilakukan secara bersamaan oleh Nabi Muhammad saw. (1) peran sebagai pengemban risalah umat (pemimpin umat); (2) peran sebagai kepala negara (pemimpin rakyat); (3) peran sebagai qadi (hakim) atas setiap sengketa yang terjadi di tengah tengah warga negara.

     Pertama: sebagai risalah pengemban risalah umat, Rasulullah Muhammad saw berdakwah di tengah masyarakat dengan cara penyampaian dakwah yang khas yaitu dengan kata-kata yang tegas dan benar, sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Kemudian memberikan nasehat yang baik dan dengan membantah orang -orang yang menentang beliau dengan argumentasi yang jauh lebih baik, maka dengan dakwah yang baik mereka yang memusuhi beliau biasa berubah menjadi teman setia.

   Kedua, sebagai kepala negara (pemerintahan). Rasulullah Muhammad saw hanya memerintah dengan Islam yaitu hanya dengan menerapkan syariah Islam, atau hanya merujuk pada Wahyu Allah SWT. Oleh karena itu, kepemimpinannya jauh dari kezaliman. Sebab kezaliman akan terjadi apabila seseorang, khususnya pemimpin, tidak berhukum pada hukum Allah SWT. Allah SWT berfirman:

"Siapa saja yang tidak memerintah/berhukum dengan wahyu yang telah Allah turunkan, merekalah pelaku kezaliman" (TQS al Maidah [5]: 45).

   Ketiga, sebagai qadi (hakim), Rasulullah saw selalu mengadili setiap perkara dengan seadil-adilnya.Tanpa pilih kasih.Tanpa diskriminasi termasuk kepada keluarga beliau sendiri. Inilah yang beliau tegaskan dalam sabdanya: 

" Andai Fatimah (putri Muhammad saw.,) mencuri, aku pasti memotong tangannya." (Syarh al-Bukhari li lbn Bathal, 15/442).

   Pemimpin yang meneladani setelah Rasulullah saw diantaranya:

Abu Bakar ra.,

Khalifah Umar bin Khatab ra, Usman bin Affan ra, dan Juga Ali bin Abi thalib, Mereka pemimpin yang benar- benar mencintai rakyatnya, seorang pemimpin yang sangat memikirkan rakyatnya dan tergambar betul begitu besar tanggungjawab mereka. Seorang Umar ra. menyadari betul bahwa dirinya memiliki kemungkinan besar untuk melakukan kesalahan oleh sebab itu beliau adalah pemimpin yang tidak anti kritik dan berlapang dada menerima kritikan.

  Perbedaan kepemimpinan pada masa Rasulullah, Khalifah dengan kepemimpinan saat ini sungguh banyak dikarenakan Idiologi yang berbeda sehingga menghasilkan perbedaan pengambilan sumber hukum (aturan), Rasulullah saw dan para Khalifah sudahnya pasti menggunakan hukum yang datang dari Allah sehingga berdampak luar bias baik dalam kepemimpinannya. Sedangkan pemimpin saat ini mengadopsi sumber hukum yang datang bukan dari Allah, yang mengakibatkan banyaknya ketimpangan dalam segala aspek kehidupan. Kita bisa merasakan saat ini buah dari pengambilan sumber hukum yang bukan berasal dari Allah, sungguh terpampang nyata apabila tidak menggunakan hukum Allah maka kerusakan demi kerusakan terus bertambah, kezaliman demi kezaliman. Hanya saja sangat disayangkan sebagian besar masyarakat belum menyadarinya.

  Siapakah yang merindukan negarawan sejati?, sesungguhnya yang merindukanya adalah kita sebab pada fitrahnya manusia menginginkan memiliki pemimpin yang dapat mengurusi dan menanggungjawabi urusan mereka, serta melindungi dalam menjaga jiwa,akal, keturunan (nasab), Agama, kehormatan dan sebagainya. Rasa ingin memiliki pemimpin yang ideal telah membuncah dikarenakan adanya tekanan tekanan kezaliman para pemimpin yang tidak menerapkan hukum Allah.

 Kita memiliki kewajiban untuk menyampaikan ide yang bisa menghantarkan masyarakat dapat mewujudkan pemimpin yang ideal.

  Sebenarnya pemimpin saat ini memungkinkan bisa menjadi pemimpin yang ideal tetapi dengan syarat mau menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai kekhilafahan.


Wallahu a'lam bi ash-shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak