Menyongsong Era Emas Peradaban




Oleh : Siti Nur Aisyah (Siswi SMA IT Ar-Rahman Banjarbaru Kalsel)

Khilafah, harusnya bukanlah menjadi istilah asing bagi kita saat ini. Mengingat khilafah adalah ajaran yang bersumber dari Islam sebagaimana ajaran lain seperti shalat, puasa, penyelenggaraan jenazah, dsb.

Khilafah adalah sebuah kepemimpinan yang bukan sembarangan, melainkan kepemimpinan khusus sebagai pengganti kenabian dalam memelihara urusan agama dan mengatur urusan dunia.

Adapun yang menjadi tanda tanya sekarang adalah seberapa penting hadirnya khilafah itu di tengah masyarakat ?

Rasulullah sendiri sudah menjawab dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dengan akhir yang berbunyi, "... dan barangsiapa yang mati, sedangkan di pundaknya tidak terdapat baiat, maka ia telah mati seperti kematian jahiliyah".

Selain itu, kita juga tidak boleh melupakan saat-saat wafatnya orang termulia di muka bumi ini, Muhammad Saw yang jasadnya didiamkan selama tiga hari sebelum dikebumikan bukan tanpa alasan. Melainkan pada saat itu, para sahabat lebih memprioritaskan urusan yang tak kalah wajibnya diatas kewajiban menguburkan jasad Rasulullah yang mulia. Tidak lain itu adalah urusan kaum muslimin yakni pengangkatan atau pembaiatan seorang imam (khalifah) yang akan memimpin persatuan kaum muslim di dunia.

Tetapi mengapa dewasa ini justru banyak orang, terkhusus kaum muslim hanya memandang sebelah mata atas sejarah panjang peradaban khilafah. Jika kita melirik kebelakang, eksistensi khilafah tidak hanya berkutat nasional namun melampaui kancah internasional. Bahkan, sampai saat ini pun negeri Barat tetap setia berkiblat pada warisan penemuan di era emas kekhilafahan.

Contoh kecilnya ialah ilmu aviasi yang ditemukan oleh Abbas ibn Firnas, hampir 900 tahun sebelum Oliver & Wilbur Wright menambahkan mesin untuk pesawat ya. Selain itu, Mark Zuckerberg pun mengucap terima kasih pada ilmu algoritma yang dikembangkan Al-Kharizmi. Bahkan yang tak kalah mencengangkan adalah kutipan-kutipan yang berada di Hall of Justice Universitas Harvard. Salah satu kutipannya merupakan QS. Nisa ayat 135 yang diyakini sebagai ayat inspiratif dunia hukum :
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya)."

Lalu bagaimana dengan keadaan kita, kaum muslim dunia terkhusus Indonesia saat ini yang sangat jauh dari kata terlindungi, terjaga, sejahtera, dan mulia.

Belum lagi saudara-saudara kita di negeri Syam, yang tiap harinya berjuang mempertahankan jiwa dan akidah diri serta keluarga dari serangan kaum zionis. Kita saat ini bagaikan anak kecil tanpa orangtua, yang terlantar tanpa ada yang melindungi serta mengayomi.

Tapi jangan salah kira, Rasulullah sudah memberi petunjuk kepada kaum muslimin, yang dengan bisyarah beliau itu akan menjadi pemantik bagi perjuangan umat muslim dunia. Melalui periwayatan Ahmad no. 4/273, bahwa akan ada 5 fase yang menguasai dunia dalam periode-periode tersebut. Sampai saat ini, satu persatu masa itu pun terwujud.

Pertama adalah masa kenabian sejak nabiyullah Adam as hingga Muhammad Saw.

Kedua adalah masa khulafaur rasyidin, mulai dari kepemimpinan Abu Bakar sampai Ali ibn Abu Thalib.

Ketiga adalah masa pemerintahan yang menggigit, mulai dari masa pemerintahan setelahnya hingga runtuhnya khilafah Utsmani di Turki.

Keempat adalah masa pemerintahan diktator, yang sedang terjadi pada masa sekarang.

Kelima adalah masa kekhilafahan ala manhaj an Nubuwwah yang akan terjadi setelah masa ini.

Itu merupakan pedoman pasti untuk kaum muslim, kemana mengarahkan perjuangan yang harus diperjuangkan. Yakni meneruskan perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam mengemban risalahNya dibawah naungan yang tak goyah diterjang kaum zionis yang menginginkan kehancuran dan berpecah belahnya kaum muslimin.

Hanya dengan khilafahlah yang memanusiakan manusia dengan hukum-hukumNya. Hanya dengan khilafahlah, khalifah Umar ibn Abdul Aziz tidak sanggup lagi mencari orang yang mau menerima zakat karena semua merasa cukup.

Sekali lagi hanya dengan khilafahlah kemerosotan akan hengkang dan kecemerlangan akan menghampiri setiap anak negeri.

Lalu, pilihan ada ditangan setiap jiwa kita. Apakah memilih menyongsong peradaban yang sebentar lagi menunjukkan taringnya, atau memilih melawan sesuatu yang akan terus mendesak jiwa semua manusia agar terbit pada masanya.

Orang beriman yang meragukan kepastian berdirinya negara khilafah, patut dipertanyakan keimananya. Karena para pengamat Barat saja berani memprediksinya tegak di tahun 2020. Sedangkan kaum muslim, untuk meyakininya saja harus malalui debat tak berkesudahan.

Sekarang, saatnya semua yang merasa peduli pada negeri ini dan peduli pada masa depan dunia, mari kita songsong detik-detik terbitnya kekuatan luar biasa yang akan mengubah wajah dunia dari karat masalah tak berkesudahan menuju era emas peradaban yang gemilang.

Wahai generasi milenial, saatnya kita mengkaji Islam, agar menjadikan hidup lebih bermakna. Masa depan keemasan ada di tangan kita. Jadilah Alfatih masa kini.

Wallaahua'lam bisshawab.

1 Komentar

  1. waahh...luar biasa, seusia SMA sdh ngomongin khilafah, dan familiar banget dgn bisyarah nabi

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak