Mendidik Ruhiyah Anak Sejak Dini


Oleh: Siti Marwiyah

[Ibu Peduli Generasi]


Manusia adalah makhluk bagi Allah, Sang Khalik (Pencipta). Hal tersebut merupakan aspek ruh (penciptaan) yang tidak dapat dibantah lagi. Karenanya, setiap manusia harus selalu menghadirkan kesadaran tentang hubungan dirinya dengan Allah SWT dalam setiap aktivitasnya. Kesadaran inilah yang disebut dengan ruh. 


Orang tua memiliki kewajiban menanamkan dan menumbuhkan kesadaran (ruh) ini di dalam diri anak-anaknya. Sehingga anak selalu mengingat dan merasa terpaut dengan Sang Pencipta. 


Untuk itu pendidikan ruhiyah menjadi sangat penting dan harus dimulai sejak dini.


Dalam QS. Luqman ayat 13 Allah berfirman:


وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ


Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu kezaliman yang besar."


Dalam ayat tersebut Allah memberikan contoh pendidikan ruhiyah yang dilakukan oleh Luqman. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendidik ruhiyah anak. 


Ironisnya, sebagian besar orang tua di masa ini lebih mengutamakan pendidikan akademik bagi anaknya. Mereka tidak memperhatikan sisi ruhiyah si anak. Akibatnya, banyak dari mereka yang  tumbuh menjadi anak cerdas dan menguasai ilmu pengetahuan namun jauh dari Tuhannya. Mereka tidak mengenal ibadah, memiliki akhlak yang buruk, bahkan tak sedikit yang sampai terjerumus ke lembah maksiat. 


Budaya Barat dan sistem kapitalisme telah memisahkan agama dari urusan kehidupan. Begitu pula dalam sistem pendidikan. Mereka mengesampingkan urusan ruhiyah. Hasilnya adalah generasi yang hanya memikirkan tentang makan, main, dan bersenang-senang. Ketika dewasa pun yang diutamakan hanyalah bekerja dan mencari kesenangan dunia. Yang lebih parah lagi, saat kenyataan ternyata tidak sesuai dengan keinginan, mereka tidak mampu menemukan solusi yang tepat.  Akhirnya menyelesaikan masalah dengan serampangan. Bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan putus asa dan bunuh diri. 


Sayangnya, umat Islam sendiri telah terpengaruh dengan sistem ini. Mereka lupa bahwa sistem inilah penyebab kehancuran generasi karena keringnya mereka dari pemahaman Islam. Padahal Islam memiliki pendidikan yang terbaik. Pendidikan yang mencakup semua aspek kehidupan. Tak hanya mengasah akal, tetapi juga ruhiyah. Kesadaran akan keterikatan manusia pada Allah semata. 


Tahapan Mendidik Ruhiyah Anak


Tujuan sebuah pernikahan adalah memiliki keturunan yang saleh. Karenanya, pendidikan ruhiyah pada anak harus dimulai sedini mungkin bahkan sejak prakelahiran. 


Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih pasangan yang saleh/salehah. Sebab kesalehan orang tua adalah pilar bagi keluarga islami. Orang tua yang saleh memahami bahwa keluarga, termasuk di dalamnya anak, adalah amanah yang harus dijaga dan diselamatkan dari api neraka. 


Allah SWT berfirman, 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ


"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."


Pendidikan ruhiyah di masa prakelahiran juga dilakukan dengan membaca doa sebelum berhubungan suami- istri, bersyukur dan mendoakan selama kehamilan, membacakan Al-quran, dan memberi asupan yang halal.


Sementara di usia bayi, setelah kelahirannya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Mulai dari mengumandangkan adzan dan iqamat, mendoakan, mentahnik, mencukur rambut dan bersedekah, melakukan akikah, serta memberi nama yang baik.


Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah melantunkan adzan seperti adzan shalat di telinga Hasan ketika dia dilahirkan oleh Fathimah. Hal ini bertujuan agar anak terikat dengan nama Allah SWT sejak awal kelahirannya. Agar kelak dia selalu mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Ini adalah penanaman tauhid pertama bagi anak.


Menginjak usia balita, anak telah mulai meniru. Maka teladan orang tua adalah hal utama dalam pendidikan ruhiyah anak. Anak akan menyerap nilai-nilai ruhiyah dari apa yang dilihat dan didengar. Orang tua mulai dapat mengajak anaknya ikut serta dalam setiap aktivitas ibadah. 


Anak adalah cerminan orang tuanya. Apa yang dilakukan orang tua akan menjadi kebiasaan bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus memberi teladan yang baik, dalam ucapan maupun perbuatan. Hal-hal yang dapat ditanamkan antara lain: mengucapkan kalimat thayibah, berdzikir, membaca dan menghafal Al-quran, juga menceritakan kisah para Nabi dan sahabat. 


Selain itu, orang tua juga sudah harus melatih anak melakukan ibadah. Hal ini penting agar anak paham kedudukannya sebagai seorang hamba yang harus beribadah dan taat pada Allah SWT. Mulai dari melatih berwudhu, shalat, puasa, bersedekah, bahkan umrah dan haji. 


Orang tua juga harus sering menasihati anak tentang kebaikan dan kebenaran.  Menyampaikan pada anak akan hal-hal yang dilarang Allah SWT. Meski belum menanggung dosa, anak harus terbiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. 


Di samping itu, orang tua juga jangan lupa untuk mengenalkan surga dan neraka. Ceritakanlah betapa menyenangkannya surga. Semua itu hanya untuk orang-orang yang taat pada Allah SWT. Sehingga anak termotivasi untuk beribadah dan berbuat kebaikan. 


Aktivitas lain yang dapat dilakukan adalah menyanyikan dan memperdengarkan lagu-lagu islami. Selain menyenangkan, lagu juga dapat menjadi sarana menyampaikan pemahaman kepada anak. Sehingga anak mendapat pelajaran tanpa harus didoktrin dan merasa bosan. 


Demikianlah betapa pendidikan ruhiyah harus dimulai sejak dini. Orang tua sebagai pendidik utama harus dapat menanamkan ruh (kesadaran hubungan dengan Allah SWT) pada anak. Tidak lupa pula untuk menjadi teladan bagi anak. Agar tercapai cita-cita membentuk generasi yang saleh. Yang senantiasa terikat dan taat pada Allah SWT.


Meski sulit bagi orang tua untuk dapat terus menjaga ruhiyah anak di sistem saat ini. Terutama saat anak mulai beraktivitas di luar rumah. Dengan berbagai godaan dan gempuran yang jauh dari nilai-nilai Islam.  Kehidupan sekuler kapitalistik yang mewujud dalam sistem di negeri ini telah melahirkan sifat hedonis dan materialis.  Namun, perjuangan demi mewujudkan generasi Islam yang taat pada Allah SWT harus terus dilakukan. Pendidikan yang ideal memang hanya bisa diterapkan melalui  peran pemerintah dengan penerapan syariat Islam. Sehingga terjadi sinergi antara orang tua, masyarakat, dan negara. 


Allahu a'lam. 


---

[Like and share, semoga menjadi amal sholih]

---

Join Komunitas Muslimah Cinta Islam Lampung di:

⬇️⬇️⬇️

Facebook: fb.com/DakwahMCI

Telegram: t.me/MuslimahCintaIslam

Instagram: @muslimah.cintaislam 

---

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak