Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh grup Online Obrolan Wanita Islamis
(BROWNIS)
Setiap anak adalah istimewa. Unik, karena membawa kesejukan kepada kedua orangtuanya dengan caranya. Adapun al-Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan :
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya? (Anaknya lahir dalam keadaan telinganya tidak cacat, namun pemiliknya lah yang kemudian memotong telinganya).”
Terlahir fitrah artinya bahwa ia sebagaimana manusia lainnya, fana, terbatas, butuh yang lain dan butuh diatur. Maka mengaitkan kelahiran seorang anak dengan ritual adat budaya yang tidak ada dalilnya dalam agama adalah sesuatu yang gak nyambung. Bagaimana mungkin ari-ari (placenta) anak yang dikubur di dalam tanah, diberi berbagai macam perlengkapan hingga lampu menyala bisa membantu anak tumbuh menjadi lebih baik? Yang mereka kubur adalah placenta yang begitu anak lahir tidak lagi bisa memberikan manfaat kepada anak kecuali orangtua yang sadar akan amanah besarnya saat itu, yaitu menjadi orangtua.
Maka peran kedua orangtua sangat penting. Sejak dari awal menikah baik pria maupun wanita mesti sadar apa yang akan mereka hadapi dalam sebuah pernikahan. Menikah tanpa misi dan visi jelas hanya akan menimbulkan keletihan dan kesusahan yang tak berkesudahan. Orangtua harus memiliki kesadaran bahwa mereka menikah untuk satu visi dan misi mulia. Sebagaimana yang termaktub dalam Qs Ad Dzariyyat 51 : 56 yang artinya:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku"
Yaitu beribadah hanya kepada Allah, menebar kebaikan dan rahmat karena berstatus hamba Allah. Dan itu bukan proyek ecek-ecek, sehari jadi. Namun butuh proses dan penteladanan sepanjang usia. Fakta inilah yang hari ini direnggut oleh sistem sekuler dengan ide kebebasannya. Banyak orangtua dadakan karena" Married By Accident" alias karena pergaulan bebas kemudian kebablasan hingga hamil di luar nikah. Apa yang bisa dioptimalkan pada keadaan orangtua yang demikian. Yang ada justru panik, depresi, malu dan lain-lain.
Rasulullah mengingatkan bahwa kita umat Islam adalah umat yang terbaik, terbaik tentu bukan semata-mata ia mampu mempimpin karena ia punya jabatan. Karena pada hakekatnya itu hanya pangkat di dunia. Tapi kita harus mentargetkan anak-anak kita adalah pemimpin dari orang-orang bertakwa. Menjadi pejabat ataupun tokoh pemerintahan hanyalah bonus, karena ia akan senantiasa mengedepankan ketakwaannya ketika menerima amanah itu. Maka butuh diciptakan jiwa seorang pembelajar. Yaitu jiwa yang ketika rendah tidak berputus asa dari mengharap ridha Allah ketika tinggi tidak menjadi takkabur. Rendah hati bukan rendah diri.
Amanah seorang anak, tidak hanya berbicara tentang gizi atau kebutuhan jazadiyyahnya. Tapi juga menuntut kita sebagai orangtua menjadi contoh dan teladan yang pertama. Memaksa kita harus lebih konsisten terhadap aturan yang hendak kita terapkan dalam keluarga, bukan pandai menyuruh anak namun orangtua tidak mengerjakan. Bukan pandai mendikte tapi gagu meminta meminta maaf kepada anak jika kita salah. Bukan membangun komunikasi searah tanpa arah, namun dua arah bermaksud untuk membuka komunikasi yang efektif kepada anak.
Agar upaya orangtua berhasil, butuh masyarakat yang peduli amar makruf nahi mungkar, butuh masyarakat yang peka jika ada kesalahan dalam satu keluarga yang lain. Tak larut dalam budaya individualistis buatan sekuler atau hedonisme buatan kapitalis. Yang tidak fokus pada isu radikal, hoax, terorist dan sebagainya melainkan membangun interaksi yang aktif antar masyarakat dalam satu aturan dan perasaan. Yaitu Islam.
Mengapa harus Islam? Bukti di lapangan telah banyak yang menunjukkan bahwa sistem aturan yang ada pada hari ini tidak mampu menjawab tantangan zaman dan kerusakan moral, sosial yang diakibatkannya. Sementara Islam telah sukses melahiran para ilmuwan-ilmuwan bernas, pemimpin yang tangguh dan amanah yang sekaligus menjadi hamba Allah yang taat dan senantiasa menjadikan Islam sebagai standart kehidupannya.
Wallahu a'lam biashowab.