Oleh : Wahyuni Eka Saputri
Pemuda memiliki peranan penting dalam peradaban suatu bangsa. Maju mundurnya masa depan bangsa tergantung pemudanya. Namun, fakta mengejutkan dari beberapa data yang menyebutkan bahwa krisis moral telah menjangkiti para pemuda.
Kecanggihan teknologi berpengaruh besar dalam hal ini. Namun, teknologi tidak dapat disalahkan begitu saja. Buktinya banyak para pemuda yang memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk mensyiarkan agama Islam.
Salah satu peranan besar dalam hal ini adalah remaja itu sendiri. Mereka yang terkadang tidak bisa memaknai peran mereka sebagai penerus peradaban bangsa.
Data UNICEF tahun 2016 menunjukkan bahwa kekerasan pada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen. Sedangkan dilansir dari data Kementerian Kesehatan RI 2017, terdapat 3,8 persen pelajar dan mahasiswa yang menyatakan pernah menyalahgunakan narkotika dan obat berbahaya.(http://fk.ugm.ac.id/kekerasan-remaja-indonesia-mencapai-50-persen/).
Menjadi pemuda yang tumbuh dalam naungan Islam adalah keharusan.Disadari atau tidak, sistem sekularisme telah menguasai pemikiran para pemuda. Mereka memilih jalan pintas untuk meraih kesenangan tanpa menghiraukan apa-apa yang telah dilarang oleh Allah Swt. Menjadikannya mengambil hukum Allah secara parsial. Yang mudah diambil yang sekiranya membebani ditinggalkan.
Pentingnya meneladani pemuda zaman Rasullah Saw. Seperti kisah para ashabul kahfi mereka mengimani Allah hingga Allah beri mereka pertolongan. Menjadi pemuda yang mempunyai jiwa yang kuat.
Menjadi pemuda yang senantiasa mengedepankan Islam sebagai poros hidup. Menjunjung tinggi syariat Islam. Memaknai peranan dirinya dalam kemajuan suatu bangsa.
Allah SWT berfirman dalam Alquran :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki "shabwah"
Maksud “shabwah” adalah pemuda yang tidak mengikuti hawa nafsunya, dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
Hendaknya para pemuda mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif atau mencari-cari kegiatan positif. Misalnya menghadiri majelis ilmu, menghafalkan Alquran dan sunah, membuat kegiatan sosial dan lain-lainya. Hingga terciptalah generasi bangsa yang kuat iman dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Wallahu’alam.