Malu Yang Disyariatkan


Oleh : Hawilawati*



Hai sobat, apakah kalian pernah mengalami disuruh belanja oleh ibu, rasanya malu banget seperti emak-emak habis borong sayuran .


Apakah kalian juga pernah mengalami dapat tugas maju ke depan kelas presentasi tugas sekolah, keringat dingin gemetar, mau ngomong saja geroginya minta ampun, sampai tidak bisa mengeraskan volume suara, bahkan apa yang mau disampaikan seketika buyar, ngomong belepotan karena malu.


Bahkan ketika  tersesat di jalan, sudah tidak tahu jalan, masih saja malu bertanya, hmm mau bertanya maju mundur seperti mobil mogok, alhasil sampai ke tujuan telat karena memakan waktu diluar prediksi.


Dan anehnya ketika sobat ingin menyebarkan buletin dakwah ke teman sendiri masih ragu-ragu, malu. Padahal Allah telah berjanji bagi siapa saja yang menyebar  kebaikan maka akan dibalas dengan kebaikan  walau sebesar biji sawi sekalipun.


Coba tengok deh para salesman,  brosur mobil motor, produk mini market semangat banget disebar door to door. Padahal itu nyebar brosur barang bukan ilmu.


Ya penyakit malu itu terkadang masih lekat dalam diri, sebagai manusia harus tahu sebenarnya yang disebut malu itu seperti apa dan apakah sikap malu dengan kasus-kasus di atas sudah tepat. Yuk kita simak bagaimana Islam memandang sikap malu.


/Malu Menurut Syariat Islam/


Malu itu juga harus ada tempatnya, malu itu ketika sobat enggan menjalankan syariat Allah.


Jika malu dalam kebaikan tidaklah dibenarkan, melakukan projek amar ma'ruf harus dilakukan dengan berani dan percaya diri.


Nah, aktivitas yang seperti ini  yang sobat harus malu : Keluar rumah tidak menutup aurat,  berbicara dengan kata-kata kotor dan jorok (tidak  ahsan), sudah dewasa masih saja dilayani orangtua (mau makan diambilkan, sepatu baju masih dicucikan) bahkan salat subuh masih saja dibangunkan, dapat hasil ulangan bagus, eh ternyata hasil menyontek, pulang malam membuat ayah ibu khawatir, bergaul campur baur dengan laki-laki non mahrom. Bahkan banyak kasus gara-gara perang jempol buat status baper bisa dilanjut di dunia nyata, jambak-jambakan rambut hingga melakukan kekerasan fisik, hal ini yang tidak boleh terjadi pada diri remaja Islam.


Dan yang utama bagi remaja Islam harus malu jika gelombang hijrah begitu kuat, sudah  banyak yang  menutup  aurat, namun pakaian sobat tidak mampu menjaga aurat, masih banyak bolong yang tidak semestinya dipakai diluar rumah (bolong kelihatan betisnya, lututnya, dadanya, ketiaknya) Astaghfirullah.


Dan sobat juga harus malu jika hari gini  masih belum bisa baca Alquran tapi tidak mau usaha belajar.  Masih suka bolong-bolong sholatnya padahal sudah akhir zaman. Ditambah waktu muda digunakan  untuk aktivitas sia-sia. Nongkrong, selfi, membicarakan teman pria, bahkan pusing memikirkan cinta monyet. Putus  sampai tidak nafsu makan, gelisah tidur, banyak bengong. Sementara ibu kita berharap anaknya bisa meluangkan waktu untuk membantu merapikan rumah.


Mengapa rasa malu harus  dimiliki setiap manusia?  Karena dari rasa malu itulah, manusia  bisa mencegah diri berbuat yang jauh dari syariat Islam. Dalam hal ini banyak kejadian dan peristiwa yang sering terjadi. Ketidakadilan, kerusakan  yang menjalar di masyarakat luas akibat dari tidak adanya rasa malu. Tidak malu atas apa yang telah diperbuat dan seakan-akan menutup mata dengan aib yang ia timbulkan. Jadi malu itu sebagai pencegah pemiliknya dari melakukan maksiat. Karena malu sebagian dari iman.


“Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di neraka.”


Bahkan Nabi bersabda, dari Abu Mas’ud radhiyallahu‘anhu, Rasullullah bersabda: “Sesungguhnya perkataan yang diwarisi oleh orang-orang dari nabi-nabi terdahulu adalah: ‘Jika engkau tidak malu, perbuatlah sesukamu.”(HR. Bukhori no. 3483). Maksudnya dari hadis di atas, apabila engkau tidak mempunyai rasa malu  maka perbuatan akan dilakukan sesukamu, karena Allah akan membalas perbuatanmu dengan setimpal.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.


“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” [Muttafaq ‘alaihi]


Sejatinya manusia harus memiliki sifat malu dalam melakukan  keburukan. Tidak dibenarkan jika malu dalam menuntut ilmu, fastabiqul khoirot, berdakwah amar ma'ruf nahi munkar. Karenanya pula kita harus berteman dengan orang-orang yang tidak malu melakukan berbagai kebajikan dan semangat istiqomah di jalan Allah Subhanahu wa ta'ala.


*(Muslimah Peduli Generasi)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak