Oleh: Ranti (Ibu Rumah Tangga)
Pada jumat 22 Maret 2019 terjadi pembakaran salinan al-quran oleh pemimpin sayap kanan Denmark Stram Krush, Rasmus Paludan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes kepada sejumlah muslim yang menunaikan shalat jumat di depan gedung Parlemen Negara.Seperti yang kita ketahui sejumlah muslim di Denmark menggelar aksi solidaritas untuk para korban penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia baru. Mereka berkumpul dan melaksanakan shalat jumat di muka gedung parlemen Denmark.Namun aksi itu di provokasi oleh kelompok sayap kanan ekstrem Denmark, Mereka mendatangi lokasi tersebut sambil membawa bendera Islael kemudian membakar salinan Alquran.
Hal ini terjadi bukan semata-mata karena Partai Paludan anti-imigran dan anti-muslim. Terlebih islamophobia memang sudah menjangkiti di negera-negera yang ditempati oleh kaum muslim. Bukan hanya di negara minoritas muslim, bahkan terjadi pada negara yang mayoritas muslim.Contohnya pemerintah di Indonesia, mereka menganggap bahwa orang yang mengibarkan Ar-royah dan berbicara tentang khilafah adalah orang yang berbahaya. Padahal Ar-royah adalah panji Rasulullaah saw, dan khilafah adalah ajaran islam. Kapitalisme yang melahirkan paham sekularis memang seolah sengaja menjauhkan islam politik dan kaum muslimin. Krena mereka tahu bahwa kesadaran umat akan islam ideologi akan mengancam eksiatensi demokrasi.
Islamophobia tidak akan ada jika saja setiap orang mau mengenal islam lebih dalam. Jika saja mereka mau sedikit membuka lembaran sejarah peradaban Kejayaan islam, tentu mereka akan tercengang melihat bagaimana adilnya islam dalam memperlakukan non-muslim, mengurusi dan mengayomi serta mensejahterakan rakyatnya. Hal ini akan terulang dapat kita rasakan jika saja sistem islam diterapkan secara kaffah Dalam bingkai daulah khilafah.
Wallahu’alam Bi Shawwab.