Oleh : Dini Azra
Gaung Khilafah kian tak terbendung. Bagaikan suara lebah yang terus berdengung. Mereka yang lantang berdakwah akan tegaknya Khilafah. Tidak pernah menyerah, walau sayapnya coba dipatahkan. Karena dakwah adalah perintah dari Sang Maha Kuasa. Tidak ada manusia yang bisa menghentikannya. Hari ini istilah Khilafah tak lagi asing ditelinga. Orang biasa sampai dengan penguasa, sudah ramai memperbincangkannya. Meski masih banyak orang awam yang belum faham. Bahkan ada yang sengaja, mendeskriditkan ajaran Islam demi ambisi duniawi.
Dalam kontestasi politik hari ini misalnya, Khilafah juga turut dibawa serta. Dipropaganda sebagai hal yang berbahaya. Dituduhkan kepada lawan politik. Demi menarik simpati publik. Khilafah disebut sebuah ancaman, yang bisa memecah belah persatuan. Yang digambarkan, keji dan menakutkan.
Namun betapapun besar, fitnah dan cercaan dilontarkan. Tidak dapat merubah pandangan mereka yang telah paham , bahwa Khilafah adalah ajaran Islam. Salah satunya adalah mantan Ketua Pimpinan Pusat PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Beliau pernah mengatakan bahwa Khilafah merupakan ajaran Islam, yang berasal dari Alquran. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.
Din mengatakan, ajaran tersebut semestinya dilihat sebagai salah satu ajaran islam yang penting untuk diketahui. "Ketika ada ulama mubaligh berbicara tentang khilafah, itu harus dilihat itu ajaran islam yang penting," kata beliau yang saat itu sedang berkunjung di kediaman Ustadz Abdul Shomad. Kumparan, (3-11-2018)
Disinilah urgensi dakwah saat ini. Untuk memahamkan umat, akan makna Khilafah yang sebenarnya. Umat Islam yang mayoritas, jangan salah persepsi terhadap ajaran agamanya sendiri. Karena selalu informasi yang salah kaprah.
Khilafah artinya adalah kepemimpinan umum bagi seluruh umat Islam di dunia untuk melaksanakan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah keseluruh alam. Dan sudah terbukti dalam sejarah, pernah diterapkan semenjak sepeninggal Nabi Shalallahu alaihi wassalam. Hingga berakhir, dengan runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani. Yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Islam saat itu sebagai mercusuar peradaban dunia. Mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh manusia.
Khilafah adalah taj al-furudh (mahkota kewajiban). Sebab dengannya, semua kewajiban dalam Islam dapat dilaksanakan. Dan tanpa nya, syariah Islam tak dapat diterapkan secara kaffah. Jihad dan dakwah, untuk menyebarkan agama Islam keseluruh dunia, juga terhenti.
Tak hanya itu, sebab ketiadaan Khilafah. Umat Islam hidup terpecah belah, tanpa adanya pengikat ukhuwah. Karenanya umat menjadi lemah, bukan lagi sebagai khairu ummah. Sehingga dijadikan sasaran para penjajah. Dihina, dianiaya, ditindas, dirusak kehormatannya, dan dirampas kekayaan alamnya.
Tak ada lagi Khalifah yang melindungi. Sehingga para penjajah memandang rendah. Hilanglah wibawa kita, dimata dunia. Selain dijajah dengan senjata, umat juga dijajah dengan pemikiran (ghawzul fikri). Menjauhkan umat dari keimanan, bahkan bisa berbalik menjadi musuh agama. Meskipun identitasnya masih Islam. Yang lebih menyakitkan, pemimpin-pemimpin negeri kaum muslim lebih tunduk kepada kaum penjajah. Daripada mentaati perintah Allah Subhanahu wa ta'ala.
Namun kita tak harus larut dirundung malang. Karena bisyarah dari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, pasti akan datang. Kekuasaan kaum kafir itu tidak akan berlangsung lama. Mereka berkuasa, bukan karena kekuatan yang ada. Tapi karena Allah menhendakinya sampai saat yang ditentukan, Allah pun akan mencabutnya. Dan akan mengembalikan kekuasaan kepangkuan umat Islam.
Sebagaimana dijelaskan dalam haditsnya. Beliau bersabda :
Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin al-Yaman r.a, berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Masa kenabian itu berada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang sombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam,”(H.R Ahmad).
Khilafah tidak seperti yang dipersepsikan rezim saat ini. Sebagai orang beriman jangan mudah ditakut-takuti. Karena Khilafah bukan ancaman, melainkan harapan, solusi yang hakiki. Masa depan yang cemerlang. Ambil bagian untuk bisa turut memperjuangkan. Jaga keimanan, jauhi kesyirikan. Meningkatkan ketakwaan diri. Dan terus menyuarakan Khilafah sebagai ajaran Islam. Sebagaimana rizki harus dijemput dengan ikhtiar. Maka Khilafah juga harus disambut, dengan dakwah dan syiar. Wallahu a'lam bishawab.