Oleh : Ummu Aqeela
Kampanye dua kubu sudah menuju puncaknya, tinggal menunggu hari terlaksananya pesta yang digadang-gadang dapat melahirkan sosok Pemimpin baru sesuai harapan masyarakat. Banyak peristiwa yang terjadi sebagai bumbu terlaksanakannya ajang ini, mulai dari kasus penyuapan yang menyeret timses salah satu paslon, sampai kasus seranga fajar yang mencengangkan masyarakat luas. Untuk itu Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahyo Kumolo meminta Tim Pemantau Pemilu mendeteksi serangan fajar yang mungkin akan terjadi di hari mendekati waktu pencoblosan surat suara pada pemilu Rabu depan. Hal itu disampaikan saat memberi pembekalan kepada Tim Pemantau Pemilu serentak tahun 2019 pada hari Jumat kemarin. Tjahyo Kumolo menyebut adanya racun demokrasj yang dapat menggangu jalannya pemilu serentak. Racun tersebut adalah berita “hoaks” atau fitnah, politik uang, dan serangan fajar yang kerap terjadi di masa mendekati waktu coblosan. (REPUBLIKA.co.id 13 April 2019)
Terasa lucu mendengar pernyataan tersebut, bukankah demokrasi sendiri merupakan racun juga yang mematikan?. Karena di sistem ini merubah begitu banyak manusia menjadi liar, gila jabatan, gila materi, dan gila popularitas. Cengkramannya pemikiran kapitalis dan sosialis yang bercokol begitu kuatnya sehingga banyak individu yang terlena dengan dunia. Mereka tidak sadar bahwa jabatan yang mereka perebutkan hanyalah sebuah ujian, yang pasti ada pertanggung jawaban di akhirat kelak. Tidak bisa dipungkiri jabatan memang selalu menjadi daya tarik sepanjang masa. Entah sudah berapa cerita sejarah yang menggambarkan tragedi perebutan kekuasaan, sampai-sampai perang antar saudarapun tak dapat dihindari. Hal ini disebabkan pandangan mereka tentang jabatan yang masih dianggap prestisius/harga diri. Ambisi jabatan pula yang menenggelamkan Fir'aun karena kesombongannya, dan menganggap dirinya adalah Tuhan.
Dalam sebuah kisah, suatu ketika Abu Dzar Ra meminta kepada Rosulullah agar diberi satu jabatan. Rasullulah menjawab pernyataan Abu Dzar Ra dengan sabdanya,
“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau manusia yang lemah, dan sesungguhnya jabatan adalah amanah, dan sesungguhnya ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari kiamat, kecuali yang menjalankannya dengan baik baik dan melaksanakan tanggung jawabnya” (HR Muslim).
Dalam hadist tersebut menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa jabatan adalah sebuah amanah, dan tidak dapat diemban oleh sembarang orang. Karena pertanggung jawabannya tidak hanya ketika didunia namun sampai akhirat.
Jabatan atau kekuasaan adalah sebuah amanah, bahkan gunung, langit dan bumi pun tidak mampu mengembannya. Hanya manusia yang menyandarkan hidupnya untuk Allah lah yang mampu. Manusia yang ta’at kepada Allah berpegang pada syari'at Islam serta melaksanakannya secara kaffah kepada umat. Manusia yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, namun memikirkan umat yang dipimpinnya. Manusia yang dengan kepemimpinannya makin mendekatkan umat kepada Rabbnya, bukan malah menjauhkannya dengan hal-hal yang jahiliyah.
Kekuasaan yang seperti ini pernah dirasakan umat Islam hingga bertahan sampai 13 abad lamanya. Kekuasaan yang dinaungi syari'at hingga ke puncak jaman keemasannya. Hanya pada bingkai Khilafahlah semua itu dapat terwujudkan, karena dengan Khilafah niscaya darah umat muslim dan kehormatannya dapat terjaga. Semoga makin banyak umat yang tersadar bahwa tidak ada syari'at yang dapat menjaga kita untuk selalu ta'at kepada Allah selain Syari'at Islam.
Wallahu'alam bishowab